BONTANG – Tanpa menunggu matahari terbit, warga Kampung Sidrap Kabupaten Kutai Timur sudah sigap beraktivitas memulai harinya. Warga yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani bersama-sama turun ke lahan mereka, dengan semangat di pagi itu mereka memulai kesehariannya menggarap komoditas utama pertanian yaitu kangkung, bayam dan sawi. Luas lahan pertanian yang digarap sebesar 14 hektar dengan total 72 petani.

Lasakka sebagai Ketua Kelompok Tani Permata Jaya di Kampung Sidrap menceritakan kilas balik perjuangan mereka, “Lahan pertanian di Sidrap itu lahan gambut, pH tanahnya asam sehingga butuh biaya tinggi untuk memaksimalkan produktivitas lahan. Apalagi Kampung Sidrap berada di wilayah perbatasan terluar dari Kabupaten Kutai Timur, cukup sulit mendapatkan akses ke pusat pemerintahan,” ungkap Lasakka.

Bermodalkan lahan gambut tersebut dan dengan segala keterbatasannya para petani Kampung Sidrap dulunya secara individual menjalankan aktifitas pertanian, “Hanya lahan gambut ini yang kami punya, inilah sumber penghidupan kami,” ujar Lasakka.

Kampung Sidrap memiliki potensi lain yaitu budidaya jamur, selama ini produksi jamur tiram petani jamur cukup baik yang pemasarannya sudah meluas di Kota Bontang. Namun limbah berupa baglog jamur sebanyak 7,2 ton/tahun belum bisa dikelola oleh para petani jamur.

Sutrisno penggerak budidaya jamur di Kampung Sidrap bercerita tentang keprihatinannya atas gunungan limbah tersebut, “Dulu kami bingung bagaimana mengatasi limbah dari budidaya jamur. Tidak ada yang mau manfaatkan, akhirnya dulu kami bakar,” ujar Sutrisno.

Kampung Sidrap secara geografis berdekatan dengan jalur pipa gas milik PT Pertamina Gas Operation Kalimantan Area (Pertagas OKA). Sudah menjadi pemandangan biasa warga Sidrap bertemu dengan pekerja Pertagas yang sedang menjalankan aktifitas pengecekan rutin pipa. Kedekatan tersebut menjadi langkah awal Pertagas OKA untuk turut membantu menyelesaikan permasalahan demi mengoptimalkan potensi pertanian di Kampung Sidrap.

Lasakka menuturkan bahwa Pertagas OKA bersama dengan PPL Pertanian Teluk Pandan kerap mengajak warga dan perangkat desa untuk berdiskusi mendalami permasalahan dan menggali potensi yang ada di Kampung Sidrap. Akhirnya di awal tahun 2021, bersama Pertagas OKA, para petani memulai program Pertani Mandiri Jalur Pipa Sidrap (TAMAN Sidrap) yang fokus ke konsep pertanian holtikultura semi organik yang berkelanjutan dan terintegrasi.

Sejak ada program TAMAN Sidrap para petani Sidrap berinovasi membuat produk pertanian mandiri seperti Pestisida Nabati, Pupuk Organik Cair, Fungisida Buatan Ramah Tanah, Ramuan Organik Nutrisi 3 in 1 dan TB Formula. Tujuannya untuk menurunkan pH tanah dan efisiensi biaya pertanian. Memanfaatkan material bekas dari Stasiun Kompresor Gas (SKG) Bontang Pertagas OKA, para petani juga mengembangkan alat pertanian sederhana dalam bentuk Destilator Asap Cair dan Alat Tanam Otomatis.

Seluruh upaya tersebut berbuah manis, para petani Sidrap berhasil mendapatkan penghematan biaya produksi pertanian hingga 33% dan meningkatkan umur panen dari 25 hari menjadi 18 hari. Lahan gambut juga mendapatkan perbaikan pH tanah dari 4,5 (asam) menjadi 7.

“Alhamdulillah berkat penerapan pertanian semi organik ini para petani bisa meningkatkan pendapatan hingga 44 juta sepanjang tahun 2022 ini,” kata Lasakka.

Para petani jamur juga merasakan dampak positif yang sama. Program TAMAN Sidrap berhasil memberikan solusi untuk permasalahan limbah jamur. Sutrisno menceritakan inovasi pengolahan limbah baglog jamur menjadi produk kompos BAJA Kelompok Tani Permata Jaya dan juga media tanam di rumah bibit yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani Sejahtera (KWT Sejahtera).

“Sekarang sebanyak 3 ton/tahun limbah baglog jamur bisa dikelola menjadi kompos. Siapa sangka, limbah yang biasanya kami buang bisa digunakan untuk ibu-ibu menanam di rumah bibit” ujar Sutrisno.

Lebih lanjut Sutrisno menjelaskan bahwa kegiatan pengolahan limbah pertanian yang diperkenalkan Pertagas ini, mendorong para petani untuk saling bekerjasama. Interaksi yang terbangun antar petani melalui kegiatan TAMAN Sidrap, kemudian mendorong terciptanya kegiatan – kegiatan lainnya seperti budidaya perikanan, produk olahan pertanian hingga pengelolaan pemasaran terpadu melalui Kelompok Usaha Bersama (KUB) TAMAN Sidrap.

Gaung kisah sukses para petani Kampung Sidrap bahkan telah sampai ke pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Beberapa waktu lalu, dalam kunjungannya bersama Bupati Kutai Timur, Dyah Ratnaningrum Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kutai Timur menyampaikan apresiasinya kepada para petani di program TAMAN Sidrap.

“Kegiatan integrasi pertanian Pertagas OKA di Kampung Sidrap merupakan program yang sangat cocok meningkatkan kualitas pertanian. Kelompok tani biasanya tidak terintegrasi antar kelompok, hanya berkomunikasi saja. Dengan adanya integrasi seperti ini, dapat meningkatkan produktivitas kelompok tani yang ada. Semoga, model integrasi pertanian ini dapat diterapkan dan dicontoh oleh seluruh kelompok-kelompok tani yang ada di Kabupaten Kutai Timur,” ungkap Dyah.

Kolaborasi antara perusahaan dan masyarakat ini menjadi bukti kolaborasi mencapai bisnis yang berkelanjutan. Pertagas sebagai afiliasi dari Sub Holding Gas Pertamina berkomitmen untuk tidak hanya fokus pada operasional perusahaan namun juga fokus dalam upaya mengembangkan potensi masyarakat di sekitar wilayah operasinya. Bersama-sama dengan masyarakat Pertagas turut berperan aktif dalam pencapaian Tujuan Pengembangan Berkelanjutan.

Elok Riani Ariza Manager Communication Relation dan CSR Pertagas, menyampaikan rasa syukur berkat program TAMAN Sidrap ini mampu menghidupkan kembali institusi – institusi sosial dan ekonomi masyarakat sehingga terciptanya Kerjasama yang harmonis antar petani di Kampung Sidrap.
“Kedepannya Pertagas akan mengembangkan Agrowisata untuk Kampung Sidrap serta melakukan replikasi program untuk wilayah lain,” ujarnya.(RA)