JAKARTA — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE/PGEO) membukukan kenaikan laba bersih sebesar 49,3 % pada kuartal I 2023 menjadi Rp 715,4 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp 478,6 miliar.

Peningkatan laba bersih ini juga diiringi dengan peningkatan pendapatan usaha sebesar 19 % dengan laba kotor yang juga tumbuh sebesar 32,7 %. Kinerja keuangan yang sangat baik ini menunjukkan efisiensi operasional yang dilakukan oleh PGE. Efisiensi ini pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan berkelanjutan.

Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy Nelwin Aldriansyah mengatakan saat ini PGE berada di posisi keuangan solid untuk terus tumbuh secara berkelanjutan.
“Hal ini dibuktikan dengan tingkat debt to equity ratio (DER) yang kuat, yaitu di kisaran 40 persen. Pencapaian yang sangat baik ini tentunya akan menjadi pemacu kami untuk dapat terus tumbuh dan berkembang dalam menyediakan energi hijau bagi masyarakat Indonesia,” katanya, dalam keterangan tertulis, Rabu (31/5).

Sejalan dengan peningkatan kinerja keuangan, nilai aset PGE pun turut mengalami peningkatan dibandingkan dengan Desember 2022 menjadi Rp 43,4 triliun. Peningkatan ini mencerminkan upaya PGE dalam mengoptimalkan pengelolaan dan investasi aset, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan dan mendorong pemanfaatan potensi panas bumi di Indonesia.

PGE juga berhasil melunasi pinjaman jangka pendek (bridge loan) sebesar Rp 6 triliun yang diraih dari penerbitan green bond yang berkontribusi terhadap pengurangan total utang Perseroan pada kuartal I 2023 menjadi Rp 11,3 triliun. Hal ini menjadikan struktur permodalan PGE menjadi lebih ideal dan kuat. Penurunan utang ini juga merupakan bukti komitmen Perseroan dalam mengelola kewajiban keuangan dengan bijaksana, yang berkontribusi pada stabilitas keuangan dan keberlangsungan bisnis perusahaan.

Secara keseluruhan, pencapaian ini menunjukkan bahwa PGE telah berhasil mengelola keuangan dengan baik, meningkatkan kinerja operasional, dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. “Ke depan, PGE akan tetap fokus untuk memperkuat posisinya di sektor energi baru dan terbarukan (EBT) khususnya geothermal serta memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan berkelanjutan Indonesia guna menyediakan akses ke energi bersih dan ramah lingkungan yang andal dan terjangkau,” kata Nelwin.

Pada 27 April 2023 PGE berhasil membukukan Rp 6 triliun dari penerbitan obligasi hijau (green bond). Dari nilai penerbitan green bond ini, PGE berhasil mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 8,25 kali. Bunga yang didapatkan green bond PGE pun sangat kompetitif, yakni sebesar 5,15%. Persentase tersebut menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek bisnis PGE. Green bond PGE ini menjadi bond premium di secondary market yang tercatat pada Singapore Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST) atau Bursa Efek di Singapura.(RA)