HALMAHERA SELATAN – Hampir separo penumpang pesawat baling-baling jenis ATR 500 milik maskapai penerbangan Wings Air yang terbang dari Bandara Sultan Babullah, Pulau Ternate, ke Banda Oesman Sadik, Labuha, Pulau Bacan, merupakan tenaga kerja asing (TKA) asal Tiongkok. Mereka transit di pulau yang terkenal dengan produk batu akik itu sebelum menyebarang menggunakan speed boat selama 3 jam lebih menuju Pulau Obi, lokasi penambangan terpadu Harita Nickel.

Pertambangan di Pulau Obi merupakan investasi gabungan dari domestik dan asing yang berasal dari negeri Tirai Bambu. Saat ini, Harita Nickel memiliki sekitar 20 ribu  karyawan yang bekerja di area operasional perusahaan di Pulau Obi. Dari jumlah tersebut, lebih dari 85% adalah pekerja Indonesia dan sisanya atau 15% merupakan tenaga kerja asing. “Semua bentuk korespondensi, surat menyurat, pengumuman, minimal menggunakan dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin,” tutur Anie Rahmi, Corporate Communication Manager PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel, baru-baru ini.

Harita Nickel mempersiapkan generasi muda di Pulau Obi untuk siap menghadapi persaingan global (Foto: Harita Nickel/dok)

Dengan kondisi demikian, kebutuhan translator untuk Bahasa Mandarin sangat tinggi. Harita Nickel mencari translator Bahasa Mandarin minimal tamatan SMA atau SMK ke beberapa daerah di Kalimantan, seperti Pontianak dan Singkawang, yang masyarakatnya familiar menggunakan Bahasa Mandarin. “Kami membutuhkan banyak SDM translator Bahasa Mandarin yang cukup banyak seiring dengan kemajuan proyek, baik untuk keperluan administrasi dan surat menyurat atau jembatan komunikasi antarkaryawan,” ungkap Ifan Farianda, Community Development Manager Harita Nickel.

Harita Nickel berharap di masa depan pemenuhan tenaga kerja translator Bahasa Mandarin seharusnya berasal dari masyarakat sekitar Pulau Obi. Namun, hal ini tidak mungkin dihasilkan lewat pendidikan formal sehingga Harita Nickel menggelar kursus Bahasa Mandarin bersertifikat untuk siswa SMA/SMK atau lulusan SMA/SMK yang tinggal di sekitar wilayah tambang Harita Nickel.

Program kursus Bahasa Mandarin diintegrasikan dalam Program PELITA (Peningkatan Keahlian dan Keterampilan Pemuda) batch ketiga. Sebelumnya, pelatihan yang diberikan untuk mendukung operasional tambang berupa operator-operator untuk wheel loader dan overhead crane. “Untuk batch 3, perusahaan mengarahkan fokus pelatihan pada kemampuan berbahasa Mandarin, bahasa yang kini memegang peranan penting dalam komunikasi industri global,” papar Ifan.

Harita Nickel mempersiapkan pemuda dari Desa Soligi dan Kawasi untuk mengikuti kursus Bahasa tersebut.  “PELITA bukan sekadar pelatihan keterampilan, tapi bagian dari strategi besar kami dalam membekali pemuda lokal dengan kemampuan yang relevan dengan kebutuhan industri saat ini.  Kami ingin mereka punya daya saing, bukan hanya di tingkat lokal, tapi juga nasional bahkan internasional,” kata Ifan.

Untuk menyelenggarakan pelatihan ini, ungkap Ifan, Harita Nickel menggandeng lembaga pelatihan bahasa berbasis di Jakarta yang juga memiliki jejaring internasional di Singapura. Program ini akan berlangsung selama enam hingga tujuh bulan, dengan materi mencakup tiga level sertifikasi HSK (Hanyu Shuiping Kaoshi) yakni: HSK 1, HSK 2, dan HSK 3, yang merupakan standar internasional dalam penguasaan bahasa Mandarin.

Sebanyak 30 peserta terpilih dari Desa Soligi dan Kawasi mengikuti pelatihan ini yang dibagi dalam dua kelompok utama. Kelompok pertama merupakan kelas reguler untuk lulusan SMA yang belum bekerja. Kelompok kedua adalah kelas pelajar bagi siswa SMA kelas dua dan tiga. Strategi ini, menurut Ifan, menyesuaikan dengan aktivitas mereka.

“Kami bertujuan memberikan bekal sejak dini sebelum para peserta masuk ke dunia kerja atau bahkan melanjutkan studi ke luar negeri. Target kami adalah agar peserta dapat mencapai HSK level 3. Dengan sertifikasi ini, mereka sudah mampu melakukan komunikasi dasar dalam lingkungan kerja, termasuk sebagai penerjemah pemula atau staf administrasi,” jelas Ifan.

Suasana ruang kelas kursus Bahasa Mandarin (Foto: Dunia Energi/dok)

Namun, suksesnya program ini tak lepas dari dukungan banyak pihak. Ifan menekankan pentingnya sinergi antara perusahaan, pemerintah desa, dan keluarga peserta. “Kami percaya, jika semua elemen bekerja sama, hasilnya akan nyata: pemuda yang lebih siap, lebih percaya diri, dan lebih berdaya. Melalui PELITA, Harita Nickel tak hanya membangun kompetensi individu, tetapi membawa desa-desa di pesisir pulau Obi menuju peta ekonomi global yang lebih besar,” katanya.

Setelah selesai kursus, kata Ifan, tidak ada ikatan khusus mereka akan dipekerjakan di Harita Nickel. Mereka bebas bekerja di mana saja sesuai peluang yang ada.

Pada Sabtu (13/6), Dunia Energi berkesempatan untuk melongok ruang belajar Bahasa Mandarin tersebut. Di dalam kelas terlihat sejumlah peserta didik dengan lantang menirukan ucapan guru Bahasa Mandarin:   銀行家 (Yínhángjiā) yang berarti “banker, 明信片 (Míngxìnpiàn) atau post card, dan lain-lain.(LH)