JAKARTA – PT Pertamina (Persero) fokus dalam penyelesaian proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balongan karena jika telah rampung nanti perseroan bisa melakukan pengadaan berbagai jenis minyak mentah untuk diolah di Balongan termasuk minyak dari Rusia yang sekarang pasokannya melimpah.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengungkapkan kondisi geopolitik di Eropa membuka peluang baru untuk pengadaan minyak mentah Pertamina. Kini Rusia yang disanksi berbagai negara barat memiliki pasokan minyak melimpah yang tidak diserap negara-negara sekutu Amerika. Melimpahnya stock bisa memberikan peluang bagus dari sisi harga. Namun demikian ada syarat utama yang harus dipenuhi Pertamina yakni kemampuan kilang harus sesuai untuk mengolah jenis minyak dari Rusia.

Nicke memastikan jika RDMP Balongan selesai maka minyak jenis apapun bisa diolah di sana.

“Yang paling penting adalah merubah kualitas produknya. Dengan kita melakukan revamping dari kilang itu. Maka pertanyaan mengenai Rusia bisa terakomodasi karena kilang ini bisa memproses jenis crude kalau hari ini terus terang hanya bisa memproses crude dengan sulfur rendah dan ini mahal,” jelas Nicke di komplek parlemem (29/3).

Setelah menyelesaikan tahap revamping, Nicke memastikan kilang Balongan akan menjadi kilang modern yang bisa mengolah berbagai jenis minyak mentah yang ada di belahan dunia. Hal ini positif bagi Pertamina karena perusahaan bisa bebas memilih berbagai jenis minyak dengan harga yang bisa lebih rendah dari pada yang harus dibeli saat ini, termasuk minyak mentah yang dipasarkan perusahaan-perusahaan asal Rusia. Bahkan saat ini PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sudah mulai melakukan penjajakan pembelian minyak Rusia.

“Dengan refamping ini maka Balongan lebih terbuka lebih fleksibel menggunakan crude apapun. Di tengah situasi geo politik saat ini, kita melihat ada opportunity untuk membeli dari Rusia dengan harga yang baik pak Taufik sudah approch,” jelas Nicke.

Dia menjelaskan Pertamina sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri jika memang pembelian minyak mentah asal Rusia jadi terealisasi. Ini penting karena berhubungan dengan kondisi perang yang masih terjadi sampai sekarang.

Menurut Nicke sejauh ini Kementerian Luar Negeri sudah memberikan lampu hijau begitu juga dengan Bank Indonesia yang memastikan apabila Pertamina sudah menjalin kesepakatan dengan perusahaan yang menjual minyak mentah Rusia, Pertamina tidak akan terkena imbas dari sanksi ekonomi yang diberikan Amerika Serikat dan sekutunya kepada Rusia.

“Kami sudah koordinasi ke Kementerian Luar Negeri kami sudah koordinasi dengan BI (Bank Indonesia) untuk masalah ini, isu politik nggak ada masalah sepanjang perusahaan yang kita deal nggak kena sanki untuk pemabayaran mungkin nanti melaui India. Kita koordinasi dengan kemlu secara politis nggak ada, ini secara B to B sepanjang perusahaan yang kita beli (minyak) nggak kena sanksi,” ungkap Nicke. (RI)