JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) meminta British Petroleum (BP) untuk bekerja ekstra dalam penyelesaian pengerjaan proyek Tangguh Train 3. Pasalnya ada potensi proyek tersebut kembali molor dari jadwal yang sebenarnya juga sudah direvisi target penyelesaiannya.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengungkapkan saat ini sedang dilakukan persiapan dengan melakukan berbagai tes sebelum nanti onstream. Menurut Dwi jika memang tidak bisa rampung dan mulai onstream Maret, paling tidak Tangguh Train 3 sudah mulai beroperasi pada semester 1 tahun tahun ini.

“Nggak (mundur sampai kuartal IV), kita masih usahakan masih sesuai dengan itu (target bulan Maret), paling engga di semester I lah,” kata Dwi ditemui di Kementerian ESDM, Selasa (21/2).

Sementara itu Wahju Wibowo, Deputi Eksploitasi SKK Migas, mengungkapkan hingga kini SKK Migas masih meyakini tidak ada kemunduran proyek Tangguh Train 3. hanya saja memang ada penyesuaian untuk jadwal first drop (tetesan pertama) LNG.

“bukan COD yang mundur first drop yang LNG -nya karena dalam proses fine tune sekarang sudah menyala hanya nanti di fine tune untuk mendapatkan parameter yang bagus,” kata Wahju.

Proyek LNG Tangguh adalah proyek produksi dan penjualan LNG yang telah direalisasikan dalam bentuk joint ventures antara British Petroleum sebagai operator, pemerintah Indonesia, kontraktor, dan, khususnya masyarakat lokal Papua Barat. Proyek ini menghasilkan LNG dari ladang gas Wiriagar, Berau, dan Muturi, di Teluk Bintuni, Papua Barat dengan luas 5.966,9 km2.

Proyek Tangguh Train 3 merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai investasi jumbo yakni sebesar US$8,9 miliar dan akan menghasilkan 3,8 juta ton LNG per tahun. Tangguh Train 3 merupakan proyek ketiga BP di Blok Berau. Total proyeksi kapasitas produksi train 3 adalah sebesar 700 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan minyak sekitar 3.000 barel per hari (bph). Proyek Tangguh juga akan menambahkan dua anjungan lepas pantai, 13 sumur produksi baru, dermaga pemuatan LNG baru, dan infrastruktur pendukung lainnya.

Produksi gas dari train 3 nantinya sebagian besar atau sekitar 75% akan diserap PT PLN (Persero) untuk bahan baku Pembangkit Tenaga Listrik Gas Uap (PLTGU) Jawa I.

Selain PLN, juga telah dialokasikan sebesar 20 MMSCFD untuk kebutuhan listrik wilayah Papua Barat. Sisanya, diserap konsumen yang sudah menandatangani kontrak pembelian, yakni Kansai Electric Power Company dari Jepang. Proyek ini direncanakan harusnya onstream pada tahun 2020 namun karena ada pandemi proyek terus mengalami keterlambatan. Keterlambatan jadwal onstream ini juga mengakibatkan adanya pembengkakan biaya sekitar US$750 juta.