JAKARTA – Conoco Phillips secara resmi menandatangani kontrak kerja sama gross split blok Corridor. Meskipun hanya tiga tahun pertama mengelola setelah kontraknya habis pada 2023, perusahaan asal Amerika Serikat itu harus bisa meningkatkan produksi migas.

“Pesan kami kedepannya bukan hanya mempertahankan produksi, tapi bisa menaikan produksi. Menemukan cadangan baru dan melakukan efisiensi,” kata Arifin Tasrif Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (11/11).

Menurut Arifin, pemerintah memandang bahwa setelah 30 tahun Conoco Phillips masih punya kemampuan teknis serta finansial yang baik untuk mengelola blok Corridor.

“Diharapkan memberikan konstribusi positif bagi penerimaan negara dan produksi migas nasional,” ujarnya.

Kontrak baru pemegang blok Corridor terdiri dari ConocoPhillips (Grissik) Ltd dengan porsi saham 46%, PT Pertamina Hulu Energi Corridor sebesar 30% dan Talisman (Corridor) Ltd sebesar 24%.

Djoko Siswanto, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, mengatakan kontrak Blok Corridor memakai skema bagi hasil atau Gross Split. Kontrak Bagi Hasil WK Corridor akan berlaku untuk 20 tahun, efektif sejak tanggal 20 Desember 2023. Perkiraan nilai investasi dari pelaksanaan Komitmen Kerja Pasti (KKP)  lima tahun pertama sebesar US$25 juta dan bonus tanda tangan sebesar US$250 juta.  Ini adalah jumlah bonus tanda tangan terbesar setelah Blok Rokan.

Kontrak bagi hasil Wilayah Kerja Corridor merupakan kontrak perpanjangan selama 20 tahun, setelah kontrak ConocoPhillips (Grissik) Ltd sebagai operator saat ini habis pada 2023.

“Kontrak Kerjasama gross split Wilayah Kerja Corridor selama 20 tahun sejak Desember 2023,” kata Djoko.(RI)