JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), subholding gas dibawah PT Pertamina (Persero) mengalokasikan belanja modal 2020 sebesar US$700 juta. Nantinya dana sebesar itu akan dialokasikan, terutama untuk kebutuhan biaya pembangunan berbagai infrastruktur transmisi dan distribusi.

Gigih Prakoso, Direktur Utama PGN,  mengatakan jaringan gas rumah tangga menjadi salah satu fokus terbaru dalam investasi PGN ke depan, namun pos pembiayaannya tidak akan menggunakan kas internal perusahaan.

“Kami anggarkan US$700 juta. Untuk transmisi dan distribusi, tapi jargas belum masuk. Masih pakai dana dari partner (jargas),” kata Gigih ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (9/12).

Berdasarkan rencana program strategis perusahaan ada program yang akan direalisasikan pada tahun depan,  diantaranya pembangunan jaringan transmisi gas bumi Gresik – Semarang sepanjang 267 km. Kemudian pembangunan jaringan distribusi gas bumi 186 km sepanjang 63 km di pulau Jawa dan sepanjang 123 km di Sumatera.

Kemudian pengembangan jaringan gas kota mandiri sebanyak 633.930 sambungan rumah tangga (SR) yang dibangun bertahap sampai tahun 2021. Untuk tahun depan akan ada pembangunan sebanyak 50.000 SR dan  2021 sebanyak 583.930 SR. Dengan kebutuhan gas mencapai 25 BBTUD.

Pembangunan jargas dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebanyak 266 ribu SR di 49 kabupaten/kota dan tahun sebanyak 101 ribu SR pada 2021 yang membutuhkan pasokan gas sebesar 10 BBTUD.

Berbagai pembangunan jargas diharapkan bisa melahirkan efisiensi dari sisi pelanggan. Selain itu juga bisa membantu mengurangi beban subsidi, penurunan impor LPG atau setara dengan 1 juta sambungan atau 144 ribu Metrik Ton (MT) LPG.

Dalam pembangunan jargas ini memang PGN akan mengandalkan pembiayaan dari mitra usahanya. Untuk pembangunan sebanyak 500.000 SR misalnya akan berasal dari pembiayaan dari hasil kerja sama dengan PT PP.

Metode kerja sama dengan PP ini yang akan menjadi salah satu caontoh dalam pembiayaan pembangunan jargas ke depan. “Masih memakai dana dari partner, salah satunya PT PP (Persero). Kalau ini jalan, kami mau replikasi, tetapi tidak hanya dengan PP. Yang lain (perusahaan lain) akan kami undang,”ujar Gigih.

PGN pada tahun depan juga akan melakukan finalisasi terhadap konsep pendanaan Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) untuk pembangunan jargas.

Lalu program gasifikasi kilang Pertamina eksisting (Kilang Cilacap dan Balikpapan) dan program Refinery Development Master Plan (RDMP) kedepan dengan kebutuhan gas mencapai 47 BBTUD. Penggunaan gas diharapkan menghasilkan efisiensi dalam penggunaan bahan bakar kilang.

Pengembangan bisnis LNG retail (LNG filling Teluk Lamong) untuk wilayah baru di kota-kota Jawa Timur dengan estimasi kebutuhan gas 10 BBTUD. Penggunaan fasilitas LNG baru ini diharapkan bisa melahirkan efisiensi konsumen dan perluasan layanan bisnis perusahaan. Serta pengembangan bisnis LNG di pasar internasional untuk mendukung target perusahaan menjadi salah satu pemain LNG internasional.

Arie Nobelta Kaban, Direktur Keuangan PGN, mengungkapkan pendanaan kebutuhan investasi tahun depan ini berasal dari kas internal US$300 juta dan sisanya akan dicari di pasar. Akan tetapi ia belum merinci skema pendanaan yang akan dipilih untuk menutup kebutuhan investasi 2020 tersebut.

“Kami run keekonomiannya. Untuk sementara memang kupon bond lebih rendah dibandingkan kalau kami ke bank komersial. Tetapi kami begitu selektif melihat resiko environment,” kata Arie.(RI)