JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), subholding gas PT Pertamina (Persero) berupaya meningkatkan  kapabilitas dalam pengelolaan LNG melalui portofolio yang dimiliki mulai dari penyediaan infrastruktur, pemrosesan, transportasi, penyimpanan, bunkering dan niaga LNG. PGN bertekad mengejar target pengembangan bisnis LNG internasional, khususnya di pasar Asia.

Syahrial Mukhtar, Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, mengatakan  bagi PGN, LNG merupakan sebuah peluang untuk memasuki pasar internasional, baik dari segi pengembangan infrastruktur maupun trading, sehingga bisa menjadi pemain gas internasional. Hal ini seiring dengan peran PGN dalam mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan gas dalam negeri.

PGN menargetkan dapat meningkatkan volume pengelolaan niaga gas bumi untuk Global LNG Trading hingga ±130 BBTUD untuk lima tahun pertama dan akan dikembangkan untuk tahun-tahun berikutnya.

Menurut Syahrial, pemintaan gas di Asia Pasifik meningkat setiap tahunnya, sebagai negara dengan cadangan gas yang besar, Indonesia dapat memperbesar prospek bisnis gas bumi ke negara-negara Asia Pasifik, terutama Asia Tenggara.

“Beberapa negara di South East Asia masuk dalam sasaran LNG Trading proyeksi permintaan sebesar 0,5 juta metrik ton per tahun (Metrik Ton Per Annum/MTPA) atau setara dengan sembilan kargo per tahun. Respon positif telah didapatkan dan proses penjajagan dilakukan dengan proyeksi permintaan sekitar 18 kargo per tahun,” kata Syahrial, Jumat (14/8).

Sembilan kargo per tahun sudah berhasil mendapatkan pembeli, kini PGN sedang mengejar kesepakatan untuk 18 kargo lainnya.

Syahrial menuturkan, upaya ekspansi bisnis LNG internasional yang telah dilakukan antara lain PGN dan Sinopec telah menandatangami Perjanjian Master Jual Beli LNG dan proyek small-scale LNG di China yang bekerja sama dengan perusahaan manufaktur logistic ISO Tank, WnD Liaoning Heavy Industry.

Selain itu, Syahrial mengungkapkan bahwa saat ini PGN juga tengah melakukan pengkajian untuk menginisasi ekspansi bisnis LNG, khususnya di negara-negara Asia Selatan yang berpotensi menjadi target pemasaran LNG.

Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGN, mengatakan bisnis LNG juga menjadi bagian penting dari transformasi Pertamina sebagai Holding Migas dan PGN sebagai subholding gas. Apalagi pada pertengahan 2019, PGN mendapat tugas dari Pertamina untuk mengelola bisnis LNG end-to-end secara penuh.

“PGN mengambil peran dan melakukan langkah-langkah strategi untuk memanfaatkan segala peluang LNG yang ada, diantaranya melalui pengelolaan FSRU,” ujar Rachmat.

Sejauh ini PGN memiliki dua FSRU terdiri dari FSRU Lampung di Labuhan Maringgai dengan kapasitas 1,5 – 1,7 MTPA  dan volume penyaluran mencapai 240 juta kaki kubik per hari (mmscfd) yang terintegrasi dengan fasilitas pipa transmisi SSWJ yang menghubungkan sumber-sumber gas bumi di Sumatra Bagian Tengah, Selatan dan Jawa Barat, serta FSRU Jawa Barat, serta regasifiksi darat PT Perta Arun Gas di Arun Lhokseumawe Aceh. Selama ini, PGN telah menyalurkan gas bumi hasil regasifikasi LNG lebih dari 250 BBTUD.

Ada beberapa anak perusahaan PGN yang turut menjadi menyokong portofolio LNG yaitu Nusantara Regas yang memiliki kapabilitas regasifikasi LNG, ditujukan untuk mendukung sektor kelistrikan nasional.

“Kemudian, PT Perta Arun Gas yang dikembangkan sebagai hub LNG dengan kapasitas regasifikasi 450 mmscfd dan memiliki 4 tangki di darat dengan kapasitas masing-masing 125.000 m3 dan PT Pertagas Niaga yang berkontribusi pada bidang niaga retail LNG,” kata Rachmat.

Rachmat mengatakan bahwa dengan mengoptimalisasi portofolio domestik tersebut, dapat menjadi bekal PGN melaksanakan inisiasi ekspansi bisnis LNG ternasional. PGN juga akan berintegrasi dengan Holding PT Pertamina untuk optimalisasi portofolio LNG pasar internasional.

“Dalam rencana bisnis ini, tantangan pasti ada. Salah satunya adalah ketidakpastian harga minyak dunia, yang bisa menyebabkan harga LNG menjadi tidak kompetitif. Dalam menyikapi hal tersebut, diantaranya dilakukan sinergi dengan pihak lain dalam rangka mengoptimalkan knowledge yang dimiliki, sehingga jasa atau produk yang ditawarkan memiliki nilai jual yang lebih baik,” kata Rachmat.(RI)