GRESIK – Kekecewean besar dirasakan oleh pemerintah ketika pertama kali mengetahui bahwa Shell bakal melepas Participating Interest (PI) di blok Masela. Pasalnya berbagai dukungan telah diberikan oleh pemerintah.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyatakan bahwa pemerintah sangat menyayangkan sikap Shell yang memilih pergi begitu saja dari proyek lapangan abadi gas Masela setelah pemerintah mengupayakan berbagai insentif sebagai dukungan kepada Shell dan mitranya Inpex agar proyek Masela bisa masuk secara keekonomian.

“Shell sudah dikasih berbagai insentif, split bagus dinaikkan dan lainnya. Sesudah dikasih semuanya baru “kabur” (lepas PI),” kata Arifin saat berbincang dengan Dunia Energi dan beberapa awak media lainnya disela kunjungannya di Smelter Freeport Indoensia, Kamis (4/5).

Menurut Arifin tidak mudah untuk bisa menyediakan insentif dalam sebuah proyek besar. Perlu pembahasan tidak sederhana dengan Kementerian/Lembaga lainnya. Dia pun menilai keekonomian Masela sudah jauh lebih baik dengan berbagai insentif yang diberikan pemerintah sehingga sebenarnya proyek Masela memiliki banyak peminat. Itu juga yang membuat Shell memiliki posisi tawar yang baik saat memutuskan untuk melepas PI-nya di Masela. “Ya kecewa dengan keputusan Shell,” ujar Arifin.

Saat ini Pertamina digadang-gadang menjadi calon terkuat untuk menjadi anggota baru konsorsium di proyek Masela bersama sang operator Inpex. Selain itu ada juga nama Petronas, yang dalam skema awal nantinya bakal masuk setelah Pertamina resmi mengakuisisi PI. Jadi nanti Pertamina yang akan menggandeng Petronas.

Blok Masela merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang hak partisipasinya dipegang oleh Inpex dan Shell. Namun Shell kemudian menyatakan keinginan untuk melepas hak partisipasinya. di Lapangan Abadi, sehingga harus dicari penggantinya. Sebelum menarik diri dari Blok Masela, Shell menguasai 35% saham participating interest (PI). Sisanya dikuasai Inpex sebesar 65%. Shell sendiri sebenarnya menjadi pemain kunci dalam pengembangan blok Masela karena memiliki teknologi membangun fasilitas pengolahan LNG berskala besar.

Selain itu investasi di Masela tidak sedikit, sehingga membutuhkan perusahaan yang benar-benar kuat dari sisi finansial.

Investasi di Blok Masela butuh dana besar. Pada POD awal, nilai investasinya diestimasikan mencapai US$19,8 miliar dengan kapasitas fasilitas LNG mencapai 9,5 Metrik Ton Per Annum (MTPA) atau setara 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) serta gas pipa mencapai 150 MMscfd. Selain itu, Blok Masela diproyeksi menghasilkan kondensat 35 ribu barel per hari. Terbaru, investasinya diperkirakan bakal membengkak antara US$1,3-US$1,4 miliar untuk membiayai penerapan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). (RI)