JAKARTA – Pengembangan Blok Masela boleh jadi menunjukkan kemajuan dengan ditandatanganinya Head of Agreement (HoA) antara Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Inpex Corporation selaku operator Blok Masela, namun pekerjaan rumah kedepannya justru semakin besar. Apalagi hingga kini belum ada kejelasan kapan revisi rencana pengembangan atau Plan of Development (PoD) disetujui pemerintah.

Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, mengatakan momentum dalam pengerjaan proyek Masela sangat krusial. Pasalnya masih banyak proyek gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) yang tengah dikerjakan di belahan dunia lainnya. Ini tentu akan membuat pasokan LNG akan membanjiri pasaran.Apabila pemerintah dan Inpex kehilangan momentum maka kedua pihak akan dirugikan.

“Para pihak (Inpex dan pemerintah) perlu segera memfinalkan negosiasi. Kalau kehilangan momentum kerugian akan terkena pada para pihak,” kata Komaidi kepada Dunia Energi, Senin (17/6).

Data Wood Mackenzie menyebutkan beberapa proyek LNG di dunia yang sedang dikerjakan sekarang memiliki total kapasitas 90 juta ton per tahun. Beberapa proyek tersebut akan mencapai keputusan akhir investasi (Final Investment Decision/FID) antara 2019-2020. Proyek yang akan mencapai tahap FID, yakni yang memiliki biaya rendah, telah memiliki kontrak jangka panjang dengan pembeli, atau proyek yang memiliki nilai strategis bagi stakeholder kunci.

Andrew Harwood, Direktur Riset Wood Mackenzie, mengatakan investasi mencapai US$200 miliar untuk pengembangan proyek LNG hingga 2025 nanti.

“Dengan peningkatan aktivitas operator LNG akan berada dalam tekanan untuk menghindari pembengkakan biaya dan proyek mundur yang selama ini terjadi di industri LNG,” kata Harwood.

Dengan kebutuhan dana besar, Harwood tetap optimistis Inpex mampu mendanai proyek LNG terbesar yang pernah dikerjakan di Indonesia. “Inpex telah menaikkan produksi dari proyek LNG pertamanya, yakni Proyek Ichthys di Australia, dan akan memiliki arus kas cukup kuat untuk mengerjakan proyek LNG kedua,” kata dia.

Menurut Harwood, jika proyek Masela ditargetkan baru mencapai FID pada 2022 maka tantangan berat akan dihadapi oleh para pihak, termasuk kontraktor dan pemerintah.

Pertama, lantaran direncanakan mencapai FID pada 2022, operator Proyek LNG Abadi akan menghadapi persaingan terkait jasa rekayasa dan konstruksi. Dengan estimasi pengerjaan selama lima tahun, maka para pemasok LNG pada tahun itu akan membludak.

“Tantangan kedua, proyek tersebut direncanakan onstream sekitar 2027, pada saat itu penjualan LNG ke pembeli akan cukup sulit karena pasokan LNG lain telah masuk ke pasar terlebih dahulu,” ujar Harwood

Proyek Pengembangan Lapangan Abadi, Blok Masela diproyeksikan menghasilkan gas sebesar 9,5 juta ton per tahun dalam bentuk LNG dan 150 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd) untuk gas pipa. Proyek ini diperkirakan bisa mulai berproduksi pada 2027.

Persiapkan Dokumen

Inpex sepertinya sadar betul akan kondisi ini maka dari itu perusahaan asal Jepang ini berkomitmen untuk segera menyerahkan revisi PoD.

Moch Nunung Kurniawan, Senior Specialist Media Relation Inpex Masela, Ltd. mengungkapkan HoA yang baru saja ditandatangani menjabarkan prinsip-prinsip dasar pengembangan proyek Liquefied Naturanl Gas (LNG) lapangan Abadi di Masela yang selanjutnya dituangkan dalam revisi PoD.

“Setelah HoA ini, Inpex akan mempersiapkan serangkaian dokumen yang diperlukan untuk penyerahan revisi PoD,” kata Nunung.(RI)