BOGOR– Demi menjemput peluang pasar sel dan modul surya, PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY), salah satu perusahaan pengembang panel surya nasional, berencana membuat pabrik baru yang berlokasi di salah satu wilayah di daerah Bogor, Jawa Barat. Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 100 megawatt (MW) untuk sel surya dan 200 MW untuk modul surya.

“Kami akan optimalkan dulu kapasitas produksi di pabrik Wanaherang (Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor) ini sambal mengkaji untuk pengembangan pabrik baru. Ada beberapa lokasi yang dikaji, salah satunya di Sentul. Yang jelas tidak terlalu jauh dari pabrik kami yang di sini (Wanaherang),” ujar Christopher Liawan, Direktur Utama Sky Energi Indonesia, kepada sejumlah editor, di lokasi pabrik pembuatan panel surya Sky Energy di Wanaherang, Bogor, pekan lalu.

Christopher mengatakan Sky Energy mayoritas mengekspor produk panel surya secara ritel. Mayoritas tujuan ekspor adalah ke Amerika Serikat. “Pangsa pasar kami lebih dari 90% ekspor, sisanya untuk ritel domestik,” ujarnya.

Menurut Christopher, peluang untuk ekspor panel surya masih tinggi. Sky adalah satu-satunya eksportir panel surya asal Indonesia ke Amerika Serikat. Padahal, di negeri Abang Sam itu, kapasitas panel surya produksi Indonesia (melalui Sky Energy) masih rendah. “Yang tertinggi memang dari Vietnam,” ujarnya.

Kendati fokus pada pasar ekspor, lanjut Christopher, Sky Energy juga mulai menyasar pasar ritel lokal. Kerja sama dengan beberapa pengembang properti telah dilakukan untuk pengembangan PLTS Atap (Rooftop). Sky Energy juga terus berupaya untuk mengembangkan produk flagship-nya, J-Leaf, solar panel teringan yang cocok untuk mendukung program PLTS Atap dan J-Bifacial untuk mendukung program PLTS Terapung di waduk dan danau. Apalagi, kata dia, perhatian pemerintah untuk mendorong pengembangan PLTS atap memang semakin besar.

Pada 2022, pemerintah mencanangkan PLTS Atap bertambah sebesar 335 MW. Target penambahan PLTS atap tersebut di luar dari target penambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga energi terbarukan (EBT) yang dicanangkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2021-2030.

Christopher menyebutkan, hingga 2025 perusahaan menargetkan peningkatan kapasitas produksi sel dan modul surya hingga 1 GW. Rencana ini sekaligus mendukung program konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke pembangkit EBT. (DR/AT)