JAKARTA – Para pelaku usaha hulu migas yang tergabung dalam Indonesia Petroleum Association (IPA) berharap pemerintah Indonesia memberikan pesan jelas kepada negara – negara G20 bahwa Indonesia belum akan meninggalkan energi fosil migas dalam waktu dekat.

Marjolijn Wajong, Direktur Eksekutif IPA, menyatakan para pelaku usaha hulu migas yang beroperasi di Indonesia sepakat bahwa target Net Zero Emissions (NZE) merupakan agenda besar dan global. Cepat atau lambat Indonesia pasti juga akan melalui proses menuju ke sana. Hanya saja untuk saat ini migas masih sangat diperlukan untuk modal melakukan transisi energi.

“Kita harap pemerintah bisa memberikan masukan pas di G20, terutama komitmen industri hulu migas untuk ikut kurangi emisi selama aktifitas kami. Itu yang paling harus disuarakan,” kata Marjolijn saat menggelar konferensi pers pelaksanaan IPA Convex di Jakarta, Selasa (13/9).

Indonesia sendiri jadi salah satu negara yang cenderung tidak akan dengan mudah berpaling dari energi fosil khususnya minyak. Saat ini sedang diupayakan program carbon capture guna menekan emisi yang dihasilkan dari kegiatan produksi migas.

Beberapa program Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) sudah diiniisasi dibeberapa lapangan. BP jadi salah satu yang terdepan untuk penerapan CCUS di Lapangan Ubadari dan Vorwata, Papua Barat.

Selanjutnya ada Pertamina yang melakukan studi penerapan CCUS salah satunya dengan menggandeng ExxonMobil. Selain itu juga ada beberapa lapangan minyak lainnya merupakan tempat studi CCUS. (RI)