JAKARTA – Investasi hulu migas hampir dipastikan tidak akan mencapai target pada tahun. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan investasi sektor hulu migas 2020 hanya sebesar US$11,6 miliar atau 16% lebih rendah dari target semula yang dipatok US$ 13,83 miliar.

“Kemudian dalam diskusi kami dorong agar ada investasi tambahan dan diprediksi bisa menambah sekitar US$ 0,51 miliar sehingga outlooknya adalah US$ 11,6 miliar,” kata Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, Jumat (17/7).

Menurut Dwi, penurunan investasi migas tanah air jauh lebih baik dibanding proyeksi penurunan investasi hulu migas secara global yang diproyeksi terpangkas hingga 30% yang awalnya mencapai US$ 325 miliar, akibat pandemiĀ  Covid-19 dan penurunan harga minyak, diproyeksi hanya menjadi US$ 228 miliar.

Hingga semester I 2020 realisasi investasi hulu migas mencapai US$4,74 miliar atau 34% dari target tahun ini yang sebanyak US$ 13,8 miliar.

Dengan rincian investasi dari sektor produksi mencapai US$3,46 miliar atau setara 73%, Pengembengan sebanyak 17% atau setara US$ 0,80 miliar, Administrasi sebesar US$ 0,32 miliar atau setara 7% dan eksplorasi yang baru berkontribusi 3% atau setara US$ 0,16 miliar.

Proyeksi investasi hulu migas kali ini sebenarnya juga sudah mengalami revisi atau justru lebih rendah dari yang disampaikan SKK Migas pada awal Juni lalu yang sekitar US$ 11,8 miliar.

SKK Migas kata Dwi masih optimisitis investasi bisa mengalami peningkatan terlebih biasanya investor akan melakukan pertimbangan-pertimbangan merujuk pada sejumlah hal seperti keekonomian, stabilitas aturan hingga iklim investasi.

“SKK Migas jug apresiasi investor luar negeri yang akan masuk ke Indonesia dan menjadi faktor pendorong investasi meningkat di masa yang akan datang,” kata Dwi.(RI)