JAKARTA – Blok Masela hingga kini masih belum maksimal dikembangkan lantaran masih tersangkut kepemilikan hak partisipasi (Participating Interest/PI) yang akan dilepas oleh Shell.

PT Pertamina (Persero) jadi kandidat terkuat untuk menggantikan Shell, apalagi hal itu juga menjadi harapan Presiden Joko Widodo. Semua pihak kini sedang menantikan akhir dari cerita PI blok Masela.

Tutuka Ariadji, Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan perusahaan pelat merah tersebut serius berkeinginan menjadi mitra Inpex. “Pertamina serius dalam menawarkan diri mereka jadi partner Inpex. Memang sekarang masih proses b to b, sekarang masuk tahap binding offer,” kata Tutuka dalam keterangannya (28/2).

Pemerintah kata Tutuka antusias melihat perkembangannya dan mengharapkan proses tersebut dapat rampung tahun 2023. Ini wajar lantaran kebutuhan gas di tahun-tahun mendatang sangat besar dan blok Masela diharapkan jadi salah satu kontributor utama pemasok gas ke depannya.

“Perkembangan (divestasi) Blok Masela sampai saat ini cukup bagus dan kami antusias untuk melihat perkembangannya dan (diharapkan) bisa diselesaikan tahun ini,” kata Tutuka.

Hingga saat ini, jadwal produksi Blok Masela belum mengalami perubahan yaitu tahun 2027. Namun demikian, Inpex sebagai operator mengajukan perubahan rencana pengembangan lapangan (PoD). sehingga bisa terjadi perubahan target. Pihak Inpex sendiri pernah menyatakan jadwal produksi blok Masela bisa mundur 2-3 tahun. Salah satu alasan revisi PoD adalah rencana penerapan teknologi carbon capture untuk menekan emisi Blok Masela.

Blok Masela merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang hak partisipasinya dipegang oleh Inpex dan Shell. Namun Shell kemudian menyatakan keinginan untuk melepas hak partisipasinya. di Lapangan Abadi, sehingga harus dicari penggantinya. Sebelum menarik diri dari Blok Masela, Shell menguasai 35% saham participating interest (PI). Sisanya dikuasai Inpex sebesar 65%. (RI)