JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan telah memiliki calon pembeli gas dari Blok Nunukan yang dikelola Pertamina Hulu Energi (PHE) Nunukan Company. Saat ini sedang dilakukan finalisasi pembahasan harga gas dari Blok Nunukan. Salah satu industri yang serius menyerap gas Nunukan adalah industri petrokimia.

“Kami targetkan ada industri petrokimia di sana, yang berminat sudah ada sudah. Ada dua investor, petrokimia dan mini LNG,” kata Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas saat ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, Senin (26/8).

PHE menargetkan bisa segera memproduksikan Blok Nunukan, dari dua lapangan yakni Lapangan Badik dan West Badik. Namun karena jumlah cadangan gas di kedua lapangan tersebut hanya bisa memasok kebutuhan industri hingga sembilan tahun, maka SKK Migas meminta PHE mengejar pengembangan Lapangan Parang dan Keris, sehingga pasokan gas cukup untuk industri dan gas di Blok Nunukan bisa dimonetisasi.

“Kalau dari satu WK cukup hanya cukup 9-10 tahun, untuk itu kami cari WK lain. Misalnya untuk Blok Nunukan yang sudah itu Badik-West Badik, itu cukup untuk sembilan tahun. Padahal untuk investasi industri itu butuh 20 tahun, maka kita cari lagi, Keris dan Parang,” ujar Dwi.

Menurut Dwi, saat ini alokasi untuk industri juga sudah ditetapkan sehingga langkah berikutnya adalah pembahasan harga gas serta mempercepat pengembangan dua lapangan lainnya “Sudah mendapatkan persetujuan alokasi, tapi masih pembicaraan harga belum. Lanjutannya, pengeboran Keris dan Parang itu segera dibutuhkan,” kata Dwi.

Beberapa perusahaan migas lain yang memiliki hak partisipasi di Blok Nunukan. Videocon Indonesia Nunukan memegang 23% dan sisanya dimiliki oleh BPRL Ventures Indonesia BV PI sebesar 12,5%. Sementara PHE memiliki 64,5%. (RI)