JAKARTA – Impor LPG (liquified natural gas) yang mencapai 70% dari total konsumsi 7,5 juta ton per tahun dinilai bisa disubtitusi dengan membangun industri coal to chemical atau industri kimia berbasis batu bara. Dengan menggunakan teknologi gasifikasi, batu bara akan diubah salah satunya menjadi bahan bakar (dimethyl ether/DME).

Budi Susanto Sadiman, Direktur Pengembangan Bisnis Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas), mengatakan pengembangan DME bisa untuk mengisi kekurangan LPG dengan memberikan nilai tambah batu bara berkalori rendah yang banyak dimiliki Indonesia.

“Nantinya, industri batu bara akan terintegrasi dengan pabrik pupuk dan olefin,” kata Budi kepada Dunia Energi, baru-baru ini.

DME merupakan bahan bakar alternatif yang potensial menjadi solusi bagi tingginya permintaan LPG sebagai konsekuensi pelaksanaan program konversi minyak tanah ke LPG. DME dapat menjadi substitusi LPG sebagai bahan bakar kompor, baik sebagai campuran dalam LPG maupun 100% DME.

Penggunaan DME 100% dan LPG-DME 50% untuk kompor khusus DME, sedangkan LPG-DME 20% dapat menggunakan kompor LPG.

Menurut Budi, ketersediaan batu bara berkalori rendah yang banyak tersedia di Indonesia cukup sustainable untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku produksi DME. Apalagi cadangan batu bara berkalori rendah sebesar 11,54 miliar ton di Sumatera dan di Kalimantan sebesar 7,17 miliar ton, kurang diminati pasar internasional.

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) telah menandatangani head of agreement dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero) dan PT Chandra Asri Petrochemical untuk mendirikan coal-to-chemical-plant di Mulut Tambang Batubara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

“Untuk commercial operation date (COD) direncanakan pada November 2022,” kata Arviyan Arifin, Direktur Utama Bukit Asam, belum lama ini.

Teknologi gasifikasi batu bara yang digunakan, akan mengubah batu bara sebagai feedstock menjadi urea dengan kapasitas 500 ribu ton per tahun, DME dengan kapasitas 400 ribu ton pertahun, dan polypropelene dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun.(RA)