JAKARTA – PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum, induk usaha (holding) BUMN tambang, masih melakukan negosiasi harga  pembelian 40% hak partisipasi (participating interest/PI) Rio Tinto di tambang PT Freeport Indonesia.

Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Inalum, mengatakan Inalum sudah melakukan penawaran harga untuk 40% porsi PI milik Rio Tinto.

“Namanya tawar-menawar,  kami ingin serendah-rendahnya mereka ingin setinggi-tingginya. Ada harga pasarnya, dan Deutche Bank itu is a good one of indicator. Serta ada bank lain, HSBC, Morgan Stanley, sudah ngasih rangenya,” ujar Budi di Jakarta, Rabu (21/3).

Dalam menghitung valuasi harga PI 40% milik Rio Tinto, Inalum menyewa Morgan Stanley, PricewaterhouseCoopers (PWC) dan Danareksa. Untuk membiayai akuisisi hak milik Rio Tinto, Inalum akan mendapat pinjaman dari bank Jepang, Amerika Serikat dan bank-bank nasional.

“Semua analyst research itu kan ada Deutche Bank, HSBC, Credit Swiss, Morgan Stanley, itu ditulis secara rinci. Dihitung komponen-komponenmya, ada komponen smelter. Ada angkanya secara detail, tidak banyak beda,” kata Budi.

Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menargetkan divestasi 51% saham  Freeport Indonesia selesai pada April 2018. Freeport telah bersedia melepaskan 51% sahamnya untuk pemerintah Indonesia, keputusan tersebut merupakan implementasi dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Perubahan Keempat atas PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu bara.

Untuk mekanisme pembelian saham divestasi tersebut, pemerintah akan membeli saham dari PI Rio Tinto, dan sisanya dari saham PT Freeport-McMoRan yang ada di PT Indocopper.

“Pak Jonan sudah target April, ya kami kerja keras. Tidak bisa bicara angkanya, lagi negosiasi tawar-tawar. Kami tidak bisa ngomong, tapi range harga sudah ada,” kata Budi.(RA)