JAKARTA – PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) resmi menguasai saham mayoritas PT Freeport Indonesia, Jumat (21/12). Peralihan saham mayoritas Freeport setelah sekitar dua tahun proses negosiasi intensif yang melibatkan pemerintah, Inalum, Freeport McMoRan Inc dan Rio Tinto.

Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Inalum, mengatakan peraturan pemerintah secara jelas memberikan prioritas kepemilikan sumber daya alam ke pihak Indonesia. Disisi lain,  skema nasionalisasi seperti yang terjadi di beberapa negara tidak bisa dilakukan.

“Jadi bukan sekadar naik 51%, yang terjadi disini bukti ke dunia bahwa Indonesia membuka diri terhadap pengelolaan SDA. Tetap mengikuti prinsip konstitusi, tapi kita melakukan dengan friendly, profesional, dan partnership yang saling menguntungkan,” ujar Budi yang juga ditetapkan sebagai komisaris Freeport Indonesia.

Inalum resmi menguasai saham mayoritas Freeport Indonesia setelah

membayar US$3,85 miliar kepada Freeport-McMoRan dan Rio Tinto. Inalum membeli sebagian saham yang dikuasai Freeport-McMoRan. Serta  hak partisipasi Rio Tinto di Freeport Indonesia sehingga kepemilikan Inalum meningkat dari 9,36% menjadi 51,23%.

Kepemilikan 51,23% tersebut nantinya akan terdiri dari 41,23% untuk Inalum dan 10% untuk Pemerintah Daerah Papua. Saham Pemerintah Daerah Papua akan dikelola perusahaan khusus PT Indonesia Papua Metal dan Mineral (IPMM) yang 60% sahamnya akan dimiliki oleh Inalum dan 40% oleh BUMD Papua.

Inalum akan memberikan pinjaman kepada BUMD sebesar US$ 819 juta yang dijaminkan dengan saham 40% di IPMM. Cicilan pinjaman akan dibayarkan dengan dividen Freeport Indonesia yang akan didapatkan oleh BUMD tersebut. Dividen tidak akan digunakan sepenuhnya untuk membayar cicilan, namun ada pembayaran tunai yang diterima oleh pemerintah daerah.

Struktur kepemilikan pemerintah daerah Papua tersebut adalah struktur yang lazim dan sudah mempertimbangkan semua aspek, termasuk aspek perpajakan yang lebih efisien bagi semua pemegang saham serta aspek perlindungan dari masuknya penyertaan swasta didalam kepemilikan.

“Saya percaya sukses ini nanti akan bergema di seluruh dunia, sehingga banyak perusahaan internasional akan datang ke Indonesia untuk bekerjasama dengan perusahaan Indonesia,” tandas Budi.

Seiring perubahan komposisi kepemilikan saham, Freeport pun merombak jajaran manajemen Freeport Indonesia.

Direktur Utama Freeport Indonesia ditetapkan Clayton Allen Wenas atau Tony Wenas dan didampingi Wakil Direktur Utama Orias Petrus Moedak. Selain itu, Jenpino Ngabdi, Achmad Adrianto, Robert Charles, dan Mark Jhonshon ditetapkan sebagai direksi Freeport.

Bos Freeport-McMoRan, Richard C Adkerson ditetapkan sebagai komisaris utama. Serta Amien Sunaryadhi, mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menjadi wakil komisaris utama.(RI)