JAKARTA – Pada 2021 Indonesia rencananya akan membeli 140 juta barel gasoline atau bensin dari luar negeri (impor). Proyeksi tersebut jauh diatas realisasi impor gasoline tahun lalu yang hanya 91 juta barel atau naik 53%.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dipaparkan pada rapat kerja dengan Komisi VI DPR, proyeksi peningkatan impor gasoline ini diiringi dengan adanya perkiraan kenaikan konsumsi yang diperkirakan menjadi 233 juta barel. Proyeksi tersebut tidak akan cukup jika hanya mengandalkan kemampuan produksi dalam negeri sebesar 94 juta barel.

Arifin Tasrif, Menteri ESDM, mengatakan, untuk menekan impor bensin yang tinggi, pemerintah bersama BUMN membangun proyek hilirisasi batu bara untuk memproduksi methanol dan Dimethyl Ether (DME).

“Pengurangan defisit gasoline dapat dilakukan dengan pencampuran methanol dan/atau alkohol (methanol-ethanol blending),” kata Arifin disela rapat, Selasa (19/1).

Proyeksi konsumsi gasoline tahun ini meningkat dibandingkan dengan realisasi konsumsi gasoline tahun lalu yang tercatat mencapai 176 juta barel dimana 86 juta barel diantaranya mampu dipasok dari produksi dalam negeri dan sisanya berasal dari impor. Tahun lalu konsumsi BBM memang anjlok akibat pandemi COVID-19 yang membuat aktivitas masyarakat terbatas.

Rencana impor bensin tahun ini adalah yang tertinggi sejak 2018. Pada tahun 2018 impor gasoline tercatat 113 juta barel untuk penuhi kebutuhan mencapai 213 juta barel sehingga sisanya sebesar 93 juta barel baru dipenuhi dari dalam negeri.

Impor gasoline masih meningkat pada tahun 2019 mencapai 119 juta barel. Sementara sebanyak 93 juta barel mampu diproduksi dari dalam negeri.(RI)