JAKARTA – Pemerintah terus mengupayakan peningkatan nilai tambah mineral. Hingga 2019 sebanyak 17 unit fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) mineral telah dibangun. Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan pembangunan smelter dalam rangka hilirisasi untuk mendorong multiplier effect ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

“Hingga 2024, investasi untuk pembangunan 52 unit smelter adalah sebesar US$20,4 miliar dan yang sudah terealisasi sebesar US$8,5 miliar,” kata Arifin di Jakarta, Kamis (30/1).

Hingga lima tahun ke depan 52 industri smelter yang akan terbangun, terdiri dari empat smelter tembaga, besi, timbal dan seng, 29 smelter nikel, sembilan smelter bauksit dan dua smelter mangan. Dari 52 industri smelter yang terbangun, proyeksi kebutuhan listrik sebesar 4.798 MW tersebar di beberapa wilayah, antara lain Bengkulu (5 MW), Banten (68,5 MW), Jawa Barat (39 MW), Jawa Timur (821,9 MW), Nusa Tenggara Barat (300 MW), Nusa Tenggara Timur (20 MW), Kepulauan Riau (45 MW), Kalimantan Barat (499 MW), Kalimantan Selatan (10 MW), Sulawesi Tengah (959 MW), Sulawesi Tenggara (1.053 MW), Maluku dan Maluku Utara (941 MW).

Pemerintah juga telah menyiapkan roadmap pengembangan Dymethil Ether (DME) batu bara selama periode lima tahun ke depan diantaranya berupa menyiapkan kajian finansial, teknis, dan non teknis terkait gasifikasi batu bara, menyiapkan pedoman pemanfaatan gasifikasi batubara dan Kepmen pengusahaan gasifikasi batu bara, serta mendorong badan usaha untuk mengembangkan gasifikasi batu bara terutama untuk PKP2B Generasi I. PKP2B Generasi I meliputi PT Berau Coal, PT Arutmin Indonesia, PT Adaro Indonesia, PT Indominco Mandiri, PT Kaltim Prima Coal, PT Kendilo Coal, PT Kideco Jaya Agung, dan PT Multi Harapan Utama.(RA)