JAKARTA – Para pelaku usaha memang menyambut positif pergerakan batu bara pada tahun ini. Namun pergerakan tersebut harus disikapi dengan bijak.

Suryo Eko Hadianto, Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA), menuturkan kenaikan harga batu bara harus disikapi dengan baik. Manajemen tidak akan terlena dengan kenaikan ini yang nantinya akan berimbas juga kepada keuangan perusahaan. Salah satu wujud kehati-hatian sikapi kenaikan harga batu bara adalah dengan tetap menekan ongkos produksi.

“Masih mengalami kenaikan terus, tapi gak boleh terlena. Terus terang dengan harga yang bagus PTBA tetap mempersiapkan strategi, jika terjadi fluktuasi harga, terjadi pemborosan di cost production,” ujar Suryo Eko dalam diskusi virtual, Kamis (5/8).

Menurut dia salah satu hal yang patut diantisipasi adalah ketika harga batu bara naik maka diikuti dengan biaya produksi. Hal itu sangat berisiko terutama jika fluktuasi harga tiba-tiba terjadi.

“Biasanya banyak perusahaan punya kelemahan saat harga naik costnya naik, juga karena merasa margin tebel biaya boleh longgar, bahaya saat turun kita gak siap,” jelas Suryo Eko.

HBA Agustus melonjak disebabkan karena meningkatnya permintaan batu bara di China, Jepang dan Korea Selatan kembali mengerek harga batu bara global. Harga batu bara saat ini tengah mengalami tren kenaikan. Harga Batu bara Acuan (HBA) bulan Agustus 2021 bahkan tembus hingga US$ 130,99 per ton, dari US$ 115,35 per ton pada Juli 2021.

Hendra Sinadia, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Tambang Batu bara (APBI) bahkan memproyeksi kenaikan terus akan terjadi hingga awal tahun depan yang dipicu oleh peningkatan konsumsi China jelang musim dingin.

“Diperkirakan harga masih terus menguat hingga akhir tahun atau bahkan awal tahun disaat musim dingin,” ungkap Hendra.