JAKARTA – PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menurunkan target pendapatan sebelum dikurangi bunga utang dan pajak terutang (EBITDA) sebesar US$1,3 miliar-US$1,5 miliar menjadi US$1,1 miliar-US$1,3 miliar. Regulasi baru dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberikan pengaruh terhadap target EBITDA.

“Tentu kami mentaati peraturan pemerintah tentang harga batu bara domestic market obligation (DMO) US$ 70 per ton. Penetapan harga tersebut akan ada impact negatif ke EBITDA, karena itu target direvisi menjadi US$1,1 miliar-US$1,3 miliar,” kata David usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Adaro di Jakarta, Senin (23/4).

Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 1395K/30/MEM/2018 menetapkan tentang harga jual batu bara untuk penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum. Beleid tersebut memuat ketentuan harga jual batu bara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dalam negeri sebesar US$70 per ton untuk nilai kalori 6.322 GAR atau menggunakan Harga Batubara Acuan (HBA) apabila HBA berada di bawah US$70 per ton dimaksud. Untuk harga batubara dengan nilai kalori lainnya, dikonversi terhadap harga batu bara pada nilai kalori 6.322 GAR tersebut berdasarkan perhitungan sesuai ketentuan yang berlaku.

Garibaldi Thohir, Direktur Utama Adaro, mengatakan pasti ada dampak pemberlakukan regulasi harga batu bara bagi kebutuhan domestik untuk pembangkit listrik. Namun, bisnis Adaro tidak hanya untuk pembangkit listrik, ada lini bisnis lain yang masih dapat memberikan kontribusi terhadap perusahaan.

“Impact-nya ada, tapi karena kami fokus ke cost, Insya Allah manageable. Untuk domestik kami kan ada semen, PLN, dan juga ekspor,” papar Garibaldi.

Menurut dia, Adaro dalam menjalankan ekspor tidak hanya di satu negara, tapi juga membagi agar bisa membagi risiko yang ada.

“Kami tidak tergantung di satu negara. Kami mencoba membagi, tidak depend satu negara. Dengan kombinasi memanage cost dan kami juga bisa tidak tergantung pada satu pasar, itu yang membuat kita aman,” kata Garibaldi.

RUPS Tahunan Adaro juga menyepakati dividen kepada pemegang saham dengan total mencapai US$250 juta. Jumlah tersebut meningkat 150% dari pembayaran dividen tahun buku 2016. Jumlah tersebut sudah termasuk dividen tunai interim sebesar US$100 juta yang telah dibayarkan pada 12 Januari 2018.

Pada 2018, Adaro menyiapkan investasi atau belanja modal sekitar US$750 juta-US$ 900 juta. Dengan target produksi sebesar 54 juta-56 juta metrik ton (MT).(RI)