JAKARTA – Anjloknya harga minyak dunia disambut baik pemerintah. Dari sisi hilir, Indonesia yang merupakan pengimpor minyak tentu merasakan dampak positif dari penurunan harga minyak dunia. Apalagi jika berlangsung dalam waktu panjang.

Ego Syahrial, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, mengatakan Indonesia akan menikmati berkah dari penurunan harga minyak dunia. Untuk itu, impor crude yang dilakukan PT Pertamina (Persero) berpotensi akan lebih ditingkatkan. “Harga minyak anjlok kita menikmati dong. Pertamina mau beli sebanyak-banyaknya, tangki-tangki kami mau isi,” kata Ego di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (9/3).

Impor crude atau minyak mentah kemungkinan aman meningkat. Impor crude sekarang sudah berjalan. Hanya saja jika harga terus menurun atau rendah maka akan ada perubahan strategi dalam pembelian minyak mentah.

“Dengan harga gini Pertamina pasti punya rencana. Tanya Bu Dirut pasti mereka punya strategi untuk lebih mengamankan (minyak mentah),” kata Ego.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan penurunan harga minyak dunia akan berdampak kepada bisnis hulu perusahaan. Tapi yang harus diingat Pertamina menjalankan dua bisnis yaitu hulu dan hilir. Jika sektor hulu terpukul karena harga minyak anjlok maka sektor hilir justru akan mendapat untung.

“Kan ada hulu, ada hilir. Untuk hulu memang ini berpengaruh, karena keekonomian jadi masalah. Tapi di hilir ini kan bagus, karena kita akan beli banyak. Jadinya mumpung harga masih (rendah),” ungkap Nicke.

Harga minyak mentah dunia anjlok hampir sekitar 30% dipicu perang harga antara OPEC yang melibatkan Arab Saudi dan Rusia. OPEC menghendaki adanya pengurangan produksi menyusul konsumsi yang menurun akibat adanya wabah Convid-19. Sementara Rusia menolak usulan pengurangan produksi.

Arab Saudi telah memangkas harga jual resmi April sebesar US$6 menjadi US$8, untuk merebut kembali pangsa pasar dan menekan Rusia. Harga minyak mentah berjangka Brent turun US$13,29 atau 29% menjadi US$31,98 per barel. Nilai itu merupakan nilai terendah sejak 17 Januari 1991 pascaperang Teluk I. Sementara harga minyak mentah US West Texas Intermediate (WTI) terjun bebas 32% atau US$13,29 menjadi US$27,34 per barel.(RI)