KAMPANYE transisi energi terus merambah seluruh lapisan masyarakat. Termasuk ke ibu-ibu di desa Kenali Asam Atas, Kecamatan Kota Baru, Kota Jambi, Jambi. Mereka jadi bagian dari masyarakat dunia yang sudah mulai memanfaatkan Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam kehidupan sehari-hari.

Aktivitas Gerai Energi yang mewadahi ibu-ibu di Kenali Asam Atas sudah ditenagai matahari. Kegiatan cocok tanam hidroponik yang sudah tiga tahun berjalan kini boleh dibilang jadi kegiatan benar-benar clean karena mesin hidroponik dihidupi dengan memanfaatkan listrik yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Kegiatan utama Gerai Energi adalah bercocok tanam dengan metode hidroponik salah syaratnya adalah ketersediaan air. Syarat utama agar tanaman bisa tumbuh harus selalu dialiri air.

“Mesin hidroponik harus jalan terus. Kalau mati listrik pasti ada pengaruhnya. Kita gunakan solar cell juga sekarang jadi tidak khawatir dengan listrik jadi hybrid siang itu bisa isi daya malam bisa gunakan listrik PLTS,” cerita Lindo Sitompul, Ketua Kelompok Hidroponik Barokah disela kunjungan awak media di Gerai Energi, Senin (7/11).

Inovasi di gerai energi memang terus berjalan. sekitar 20 ibu rumah tangga yang menggawangi Gerai Energi selalu bersemangat. Senyum merekah merekah jika berbicara tentang cocok tanam hidroponik dan hasil olahannnya.

Lindo menceritakan tidak terlalu sulit sebenarnya mengajak para ibu-ibu di sana untuk aktif terlibat di kegiatan hidroponik karena memang mayoritas warga di Kenali Asam Atas dikenal sebagai petani. Hanya metodenya saja yang berbeda.

Awal tahun 2020 program tanam hidroponik Barokah mulai berjalan diawal dengan penyuluhan atau edukasi cara bercocok tanam hidroponik. Tidak butuh waktu lama, kelompok Barokah sudah mulai panen pada Agustus 2020. Hasilnya cukup meggembirakan karena pasar dari hasil tanam hidroponik juga sudah tersedia di kota Jambi. “Kita bisa jual di sekitar sini, ibu-ibu di kelurahan suka sekitar kelurahan juga produk hidroponik kami juga masuk ke market place,” ungkap Linda.

Metode tanam hidroponik memang susah-susah gampang. Kuncinya selain ketersediaan air juga pengawasan secara ketat dan berkelanjutan untuk itu sistem kerja, operasional kebun di Kebun Hidroponik terletak di dalam greenhouse berukuran 20×11 meter dengan 5.000 lubang tanam itu diatur dengan sistem shift. Untuk pagi dimulai pukul 09.00 hingga 12.00 dan shift sore pukul 16.00 hingga 18.00.

Para ibu-ibu anggota Kelompok Hidroponik Barokah memamerkan hasil tanamnya (Foto/Dok/Dunia Energi)

Linda menjelaskan ada beberapa jenis tanaman yang ada di Gerai Energi seperti Pakcoy, Selada, Kangkung, Bayam, Bayam Brazil serta Kale. Untuk yang terakhir  disebutkan ini adalah jenis tanaman khusus dan merupakan primadona dari Gerai Energi. Daun Kale diketahui memiliki berbagai khasiat yang sudah dikenal lama di daratan Eropa. Makanan yang dijuluki superfood dan makanan nabati paling bergizi ini memiliki segudang manfaat. Nutrisinya sangat tinggi memang Hampir 700% dari kebutuhan harian vitamin K, Lebih dari 200% dari kebutuhan harian vitamin A, Lebih dari 100% dari kebutuhan harian vitamin C, Mineral, termasuk kalsium, kalium, magnesium, zat besi, dan fosfor. Tak hanya itu, daun kale juga mengandung asam lemak omega-3, mangan, thiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), dan niasin (vitamin B3), serta berbagai senyawa antioksidan, seperti beta karoten, flavonoid, dan polifenol. Salah satu jenis flavonoid unik yang ditemukan dalam jumlah besar adalah senyawa quercetin dan kaempferol.

Dengan banyaknya nutrisi tersebut Kale bermanfaat untuk melawan kanker, menyehatkan jantung, menjaga kesehatan mata, mendukung kerja sistem pembekuan darah serta mencegah diabetes. “Kale ini yang paling mahal, dia ini Ratu Sayuran di sini. Harganya bisa Rp 100 ribu per kg,” ujar Linda.

Memanen daun Kale (Foto/Dok/Dunia Energi)

Untuk produk lainnya dijual beragam dari Rp30 ribu per kg seperti kangkung dan bayam, ada juga pokcoy dijual Rp35 ribu per kg, Selada Rp40ribu per kg serta Bayam Brazil Rp50 ribu per kg. “Rata-rata dibagi seluruh anggota bisa dapat Rp1juta per bulan bisa dapat,” kata Linda sumringah.

Selain hasil tanaman yang langsung dijual, kelompok Barokah juga kembangkan jadi produk olahan makanan seperti camilan, kerupuk, keripik. Semuanya berbahan dasar sayuran dari Gerai Energi. Etalase produk kelompok Barokah siang itu juga terlihat kosong. Bukan karena tidak ada produksi melainkan produknya yang selalu terjual habis.

Produksi makanan olahan dari sayuran itu sebenarnya tidak diniatkan. Namanya ibu-ibu ada saja tercetus ide ketika “kongkow”. Apalagi perkara “cuan”.  Jual tanaman hidroponik juga tidak lepas dari limbah. Namun limbah disini bukan limbah berbahaya melainkan hasil tanam yang tidak semuanya terjual. Para ibu-ibu memiliki ide untuk memproduksi sesuatu dari sisa sayuran yang tidak terjual tersebut.

“Dari sisi penjualan sayuran tidak 100% laku jadi diolah lagi sisanya seperti jus, kerupuk bayam, nagget sayur juga, jadi ga terbuang (sisa sayuran),” kata Linda.

Pemasaran memang jadi salah satu faktor utama keberhasilan kelompok Barokah bisa terus berjalan. Target pasar hasil tanam kelompok ini sudah semakin luas bahkan hingga ke M Bloc Market, toko swalayan terkemuka di pusat kota Jambi.

Hasil menggemberikan yang dituai oleh kelompok Barokah bukan tanpa kerja keras dan ketekunan. Menurut Linda tidak sedikit kelompok ibu-ibu lain yang melirik keberhasilan Kelompok Barokah. Untuk itu mereka membuka diri untuk berbagi ilmu. Linda mengungkapkan anggotanya siap menerima masyarakat yang mau belajar metode tanam hidroponik. “Sudah banyak ibu-ibu dari kelurahan lain mau ikut, kita bilang karena terbatas jadi kami kasih tahu aja caranya, jadi mereka bisa bikin sendiri dan itu banyak juga,” ujarnya.

Hermansyah, Field Manager Jambi Field, mengungkapkan konsep yang dikembangkan oleh tim Jambi Field di Gerai Energi adalah Eduwisata. Nantinya memang kawasan sekitar Gerai Energi akan dibuatkan kawasan khusus jadi nanti warga masyarakat bisa langsung terjun belajar untuk bercocok tanam hidroponik serta tanam obat keluarga (TOGA).

“Konsepnya kita kembangkan edukasi wisata. Jadi masyarakat anakk-anak sekolah, ibu-ibu siapapun bisa belajar di sini cara tanam hidroponik, buat nutrisi kompos alami dan lainnya,” kata Hermansyah.