JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan ada dua strategi utama untuk menekan defisit neraca perdagangan yang terus terjadi belakangan ini. Pemanfaatan gas alam untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri akan menjadi prioritas yang akan didorong oleh pemerintah.

Arifin Tasrif, Menteri ESDM, mengatakan pemanfaatan gas alam bisa mendorong pengurangan impor LPG yang selama ini cukup tinggi lantaran terus meningkatnya kebutuhan energi.

“Kami akan coba untuk memanfaatkan gas alam yang bisa dipakai di dalam negeri dan jargas itu bisa mengurangi impor LPG 3 kg. Itu yang sekarang sedang kami pertajam,” kata Arifin ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (1/11).

Sekitar hampir 70% kebutuhan LPG Indonesia dipenuhi dari luar negeri atau impor. Sejak program konversi minyak tanah ke LPG konsumsinya terus meningkat. Ini tentu memberikan beban terhadap keuangan negara lantaran LPG masih disubsidi negara. Data Kementerian Keuangan menyebutkan subsidi LPG pada  2017 mencapai Rp43,7 triliun dan meningkat pada 2018 menjadi Rp54,9 triliun.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada September 2019 kembali defisit. Penyebabnya, impor migas yang tetap tinggi.

Neraca perdagangan migas mengalami defisit US$761,8 juta. Defisit disebabkan nilai ekspor migas nasional yang hanya US$830,1 juta, kalah dibandingkan impor migas sebesar US$1,59 miliar.

Surplus neraca perdagangan migas hanya mencapai US$601 juta, hasil ekspor nonmigas sebesar US$ 13,27 miliar, sedangkan impor US$12,67 miliar. Alhasil, neraca perdagangan Indonesia kembali defisit US$160,5 juta

Ini merupakan defisit yang keempat kalinya dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Secara kumulatif, defisit neraca perdagangan periode Januari-September 2019 turun 49% menjadi US$ 1,95 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya mencapai US$ 3,82 miliar.

Selain pemanfaatan gas, kilang juga menjadi salah satu fokus utama. Menurut Arifin dengan adanya kilang maka impor BBM juga bisa dikurangi. “BBM memang kita harus punya kilang sendiri. Kita harus expedite (mempercepat),” ujarnya.

Secara paralel pemerintah juga mendorong agar produksi minyak dalam negeri bisa ditingkatkan sehingga minyak mentah untuk diolah di kilang dalam negeri juga tidak didatangkan dari luar.

Peningkatan produksi akan dikejar melalui blok migas eksisting serta upaya pencarian cadangan minyak baru.

“Kita harus segera cari sumur baru di dalam negeri, jadi nanti paralel, kilang-kilang yang akan dibangun itu nanti bisa manfaatkan bahan baku yang kita akan develop lagi. Sekarang kita upaya untuk bisa tingkatkan yang eksisting dan mempercepat pengusahaan WK baru,” kata Arifin.(RI)