JAKARTA – Transisi alih kelola blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia ke PT Pertamina (Persero) masih terus berlangsung, namun meninggalkan satu ganjalan serius yakni terkait Enhanced Oil Recovery (EOR) yang menggunakan cairan kimia. Metode tersebut dikhawatirkan tidak akan bisa langsung dilakukan Pertamina saat menjadi operator nanti apabila Pertamina tidak mendapatkan formula struktur komponen kimia khusus yang dimiliki Chevron.

Berdasarkan data yang diperoleh Dunia Energi formula komponen kimia tersebut dimiliki oleh anak usaha Chevron yaitu Chevron Oronite yakni berupa Surfactant-CS200B dan Surfactant-CS1500.

Jika mau memiliki formula kimia tersebut Pertamina diharuskan membeli dari Chevron Oronite.

Berdasarkan informasi yang didapatkan Dunia Energi, secara verbal Chevron Oronite belum dapat memberikan formula atau struktur Komponen Chemical Surfactant-CS200B dan Surfactant-CS1500 dan akan menyampaikan jawaban terhadap permintaan harga surfactant pada Februari 2021.

Soenitha Poernomo, Manager Corporate Communication Chevron Indonesia saat dikonfirmasi belum mau memberikan informasi detail terkait proses jual beli formula kimia EOR blok Rokan. Ia mengatakan untuk memastikan transisi blok Rokan yang selamat, andal dan lancar, diskusi terus dilakukan dengan pihak terkait.

“Namun sesuai kebijakan, kami tidak dapat menyampaikan informasi komersial secara rinci,” kata Soenitha kepada Dunia Energi, Selasa (19/1).

Pada 2012-2013 CPI melaksanakan Pilot Project Chemical-EOR SFT-2 (Surfactant Field Trial) di Lapangan Minas dengan menggunakan komponen kimia diantaranya Surfactant-CS2000B, Surfactant-CS1500, Co-solvent EGBE (Ethylene Glycol Monobutyl Ether), Polymer dan Soda Ash.

Komposisi campuran lima komponen tersebut telah dipatenkan Chevron (Paten427). Chevron menyampaikan bersedia memberikan Royalty-free lisensi untuk penggunaan hak Paten427.

Komponen Surfactant-CS2000B dan Surfactant-CS1500 diproduksi oleh Chevron Oronite. Jika mau memproduksi komponen surfactant system secara mandiri, Pertamina memerlukan formula atau struktur kimia Surfactant CS2000B dan CS1500 serta Intellectual Property yang dimiliki oleh Chevron Oronite. Semua itu yang harus dibeli oleh Pertamina.

Tutuka Ariadji, Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan riset chemical EOR di Rokansudah lama dilakukan Chevron, yakni sejak tahun 2000-an. Jika ini mau diteruskan oleh Pertamina praktiknya cukup rumit karena perlu diingat bahwa injeksi di Lapangan Minas itu adalah injeksi di tengah-tengah lautan sumur.

“Sehingga membutuhkan teknik cukup canggih dibatasi cukup tinggi, itu teknik yang tidak mudah, jadi dalam EOR tidak hanya formula tapi juga bagaimana cara Rokan jadi hidup, atau pola injeksi itu penting sekali,” kata Tutuka.

Dia mengakui dalam penggunaan formula kimia EOR Rokan memang harus diselesaikan secara business to business. Ia pun berharap negosiasi bisa berjalan dengan baik karena jika Pertamina harus mengembangkan formula sendiri tidak akan mudah baik dari sisi waktu yang maupun biaya yang tidak sedikit.

“Pertamina kalau ingin melanjutkan injeksi membuat sendiri dan itu memerlukan waktu yang tidak sebentar pengalaman dan investasi,” kata Tutuka.(RI)