BANDUNG – Salah satu upaya yang dilakukan untuk bisa meningkatkan produksi migas nasional adalah dengan menemukan cadangan migas melalui kegiatan eksplorasi. Meskipun target kegiatan eksplorasi tahun ini cukup tinggi dibandingkan beberapa tahun kebelakang, sayangnya realisasinya masih belum optimal.

Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), realisasi kegiatan seismik 2D hingga 30 september atau kuartal III tahun ini baru 1.013 Km atau 29% dari target yang ditetapkan 3.539 Km. SKK Migas pun memproyeksi hingga akhir tahun realisasi seismik 2D hanya bisa mencapai 1.995 Km.

Sementara seismik 3D lebih loyo lagi karena realisasinya baru mencapai 7% dari target atau 310 Km2 dari target yang dipatok mencapai 4.339 Km2. Hingga akhir tahun nanti SKK Migas proyeksikan seismik 3D bisa dilakukan seluas 4.120 Km2.

Untuk kegiatan pemboran sumur eksplorasi realisasinya sudah ada 18 sumur yang dibor atau kurang dari 50% dari target yang dicanangkan sebanyak 42 sumur eksplorasi. Hingga akhir tahun diperkirakan hanya ada 38 sumur eksplorasi yang selesai dibor.

Dari 18 sumur yang ditajak sebanyak 9 sumur discovery atau ada temuan potensi cadangan migas sementara dua dry atau tidak ada cadangan dan tujuh sumur lainnya masih dalam proses pemboran. Sukses rasio pemboran ekplorasi hingga kini tercatat mencpai 82% dengan total sumber daya yang tercatat (P50) sekitar 508 Juta Barel Setara Minyak (Barrel Oil Equivalent/BOE).

Kemudian untuk progres beberapa kegiatan eksplorasi lainnya seperti Subvolcanic Vibroseis sudah mencapai 1.000 Km atau sesuai target.

Pseudo 3D reprocessing: Progress 75%, diperkirakan selesai di Desember 2022.S urvei Airborne FTG: Akimeugah seluas 60,440 km2 & Bird’s Head-Bintuni seluas 45,580 km2 (FTG 100%, Lidar 100%).

Mamberamo seluas 81,195 km2 rencana dimulai pada bulan November 2022 dan
Kutai-Barito seluas 60,700 km2 (rencana dimulai pada bulan Oktober 2022. (RI)