JAKARTA – Setelah PT Perusahaan Gas Negara Tbk dan PT Pertamina Gas (Pertagas) resmi melebur pada 28 Desember 2018, maka ke depannya bisnis  gas sudah menjadi satu sehingga memperkuat sinergi dan integrasi.

Gigih Prakoso, Direktur Utama PGN, mengatakan PGN sudah menjadi keluarga PT Pertamina (Persero) sebagai sub-holding gas.

“Ke depan tidak akan terjadi lagi duplikasi maupun overlapping. Sebagai sub holding baru dari Pertamina tentunya kami akan fokus mengembangkan bisnis dan mempercepat pembangunan infrastruktur gas yang dibutuhkan untuk penyaluran gas ke konsumen di Indonesia,” kata Gigih dalam acara peluncuran brand association yang dinamakan The Gas di ICE BSD, Tangerang, Sabtu (16/2).

Gigih menambahkan, ke depannya sinergi PGN dan Pertagas akan fokus ke beberapa sektor bisnis yang sekarang sudah dijalankan, khususnya di bidang transmisi, distribusi, ritel serta terkait juga dengan LNG dan infrastruktur LNG.

Pembentukan sub-holding gas diproyeksikan membawa banyak manfaat bagi negara. Dengan terintegrasinya infrastruktur PGN dan Pertagas, secara langsung sub-holding gas menguasai lebih dari 96% portofolio hilir gas. Hal inipun akan menyukseskan ketercapaian target RUEN (Rencana Umum Energi Nasional) hingga 2025, diantaranya sebanyak 4,7 juta Sambungan Rumah Tangga (SRT) baru, 6.302 km pipa hilir, dan 5.437 km pipa hulu.

Dari sisi keuangan, integrasi Pertagas dibawah PGN akan menuai benefit. Pembentukan sub-holding gas dibawah naungan Pertamina sebagai holding BUMN gas diprediksikan akan memberikan benefit sebesar US$77 juta, bahkan pada 2022 benefit dapat meningkat hingga US$132 juta.

Sub-holding gas menargetkan distribusi niaga gas bumi sebesar 936BBTUD, jumlah pelanggan 364.808. Selain itu, panjang jaringan pipa sepanjang 10.547 km dan transportasi gas bumi sebanyak 2.189 MMSCFD.

“Ini adalah bentuk integrasi yang berbentuk penggabungan bisnis. Sehingga ke depan tidak ada lagi duplikasi, overlapping dan sebagainya. Kami juga melakukan integrasi baik secara RKAP maupun RJPP,” tandas Gigih.(RA)