JAKARTA – Program transformasi pelayanan penjualan BBM melalui digitalisasi SPBU Pertamina meleset dari target. Manajemen sebelumnya menargetkan digitalisasi SPBU bisa rampung pada kuartal I 2020. Hingga awal April digitalisasi baru menyasar 4.410 dari total 5.518 SPBU Pertamina atau hampir 80% sudah dilakukan instalasi sistem IT. Sementara pemasangan Automatic Tank Gauge (ATG) sudah dilakukan di 4.458 SPBU atau capai 81%. Dari instalasi tersebut akan dilanjutkan untuk integrasi agar data bisa dipantau melalui dashboard.

Fajriyah Usman, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan kondisi pandemi virus Corona atau Coovid-19 membuat manajemen fokus terlebih dulu untuk melakukan penanggulangan penyebarannya. Untuk itu program digitalisasi ini tidak dapat dilakukan secara massif seperti pada kondisi normal, demi keselamatan dan keamanan para pekerja baik internal maupun mitra. Karena itu diperlukan penyesuaian jadwal penyelesaian yang semula ditargetkan di pertengahan tahun ini.

“Upaya pencegahan penyebaran Covid-19 menjadi prioritas utama pada saat ini, agar bisa secepatnya berakhir sekaligus menjaga keselamatan dan keamanan para pekerja,” kata Fajriyah dalam keterangannya, Kamis (16/4).

Lebih lanjut dia menuturkan program digitalisasi SPBU merupakan upaya Pertamina untuk meningkatkan layanan kepada konsumen, sehingga bisa memantau ketersediaan dan stok BBM di setiap wilayah, stok dan penjualan BBM serta transaksi di SPBU serta sekaligus dapat meningkatkan pengawasan penyaluran BBM.

Fajriyah mengungkapkan dengan sistem digital, seluruh proses penyediaan BBM di SPBU terpantau dengan baik dan data tersebut dapat diakses secara langsung oleh sejumlah pihak berwenang seperti Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, dan BPH Migas.

“Digitalasi SPBU merupakan bagian dari program digitaliasi Pertamina yang akan dilakukan dari hulu hingga ke hilir. Digitalisasi juga dilanjutkan pada TBBM, kapal pengangkut, kilang bahkan hingga sumur pengeboran,” kata Fajriyah.(RI)