JAKARTA – Pemerintah mengklaim masih ada harapan dengan industri migas nasional. Ini ditunjukkan dengan agresifitas yang ditunjukkan Repsol, perusahaan migas asal Spanyol itu sudah menyatakan minat untuk menigkatkan investasi di tanah air. Bahkan perusahaan yang baru menemukan cadangan gas dalam jumlah besar di Blok Sakakemang itu menjadikan Indonesia sebagai fokus investasinya.

Susana Kurniasih, Pelaksana Tugas Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan  Repsol telah menyampaikan kepada SKK Migas tentang strategi investas perusahaan dalam beberapa tahun ke depan.

Repsol telah menyampaikan kepada SKK Migas bahwa Indonesia merupakan salah satu negara prioritas tujuan investasi hulu migasnya. “Hal tersebut dibuktikan dengan agresifitas mereka melakukan kegiatan di Indonesia,” kata Susana kepada Dunia Energi, Senin (3/8).

Selain melakukan kegiatan di Sakakemang dan Andaman, Repsol sedang melakukan penjajakan untuk meningkatkan investasi di beberapa wilayah lain.

“Repsol juga menyampaikan sedang melakukan penjajakan ke Southeast Jambi, South Sakakemang, Aru dan West Papua IV,” tukas Susana.

Untuk Blok Sakakemang yang ditargetkan bisa memproduksi gas dalam waktu kurang dari lima tahun setelah penemuannya tahun lalu, kini bersiap untuk dilakukan lagi pengeboran.

“Rig sudah dilokasi, dan ditargetkan pada awal Agustus akan siap,” kata Susana.

Setelah itu akan dilanjutkan dengan pemboran di wilayah Kali Berau Dalam III. “Harapannya akan dilaksanakan pada November 2020,” kata dia.

Pemerintah sampai saat ini masih menantikan pengajuan dokumen rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) Sakakemang dari Repsol.

Sakakemang rencananya akan dikembangkan secara bertahap. Total cadangan terbukti yang sudah disertifikasi adalah sebesar 1 triliun cubic feet (tcf). Jumlah tersebut lebih kecil dibanding temuan potensi yang sebelumnya dipaparkan Repsol sebesar 2 tcf.

Repsol memegang hak partisipasi (participating interest/PI) sebesar 45% sekaligus sebagai operator Blok Sakakemang. Mitranya, Petronas memiliki hak partisipasi sebesar 45% dan MOECO 10%.

Percepatan produksi Blok Sakakemang akan disesuaikan dengan kesiapan konsumen untuk menyerap pasokan gas. Repsol Group sebelumnya melalui afiliasinya, Talisman Sakakemang BV, telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk untuk pasokan gas dari Blok Sakakemang. MoU tersebut berlaku sejak 12 Juli 2019 dan akan ditindaklanjuti dengan penandatanganan Gas Sales Agreement (GSA) oleh para pihak.

Tumbur Parlindungan, praktisi migas yang juga mantan President Indonesia Petroleum Association (IPA), mengatakan temuan Sakakemang beberap tahun lalu bisa langsung merubah strategi investasi.

Menurut Tumbur, Repsol wajar agresif dengan wilayah sekitar Sakakemang karena saat ini data yang dimiliki Repsol sudah cukup baik untuk terus diperdalam dan ditindaklanjuti.

Penemuan cadangan di Sakakemang menurut Tumbur bisa jadi pemicu bagi Repsol dan mungkin para perusahaan lain untuk lebih giat lakukan eksploras di sekitar Sakakemang ataupun wilayah lain, karena data yang ada telah terbukti dengan adanya penemuan cadangan.

“Kalau sudah ketemu disitu (Sakakemang) minimal dia sudah punya data bagus, makanya pasti dilanjutkan itu, makanya Repsol mau investasi lagi” kata dia.(RI)