Visi tentang peralihan dari pemanfaatan batu bara ke energi terbarukan sebagai tumpuan energi nasional dinilai perlu dijabarkan calon presiden kepada masyarakat.(Foto/IST)

JAKARTA – Visi misi calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto di bidang energi dan lingkungan dinilai belum terlihat jelas hingga saat ini. Selain visi untuk pengembangan energi nasional ke depan, juga terkait dampak lingkungan yang ditimbulkan dari penggunaan batu bara.

“Capres Jokowi dan Capres Prabowo masih mengandalkan batu bara untuk energi nasional dan tidak ada satu pun yang bicara tentang dampak-dampak masif mengerikan yang tengah dihadapi para petani, nelayan di pesisir dan warga di desa-desa di daerah tambang,” kata Ali Akbar, Ketua Kanopi Bengkulu saat diskusi Gerakan #Bersihkan Indonesia di Jakarta, Kamis (7/2).

Menurut Ali, Capres Jokowi dan Prabowo dianggap telah mengabaikan fakta tentang dampak tambang batu bara. Saat ini, sejumlah daerah terdampak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara mulai menggugat kebijakan energi nasional. Di antara masyarakat yang menggugat adalah mereka yang tinggal di sekitar PLTU Batang, PLTU Cirebon, PLTU Celukan Bawang (Bali), PLTU Indramayu, PLTU Cilacap.

Ismail Alhabib, Direktur Eksekutif Walhi Jawa Tengah, menambahkan kebijakan energi nasional seharusnya sejalan dengan ketahanan pangan, bukan justru membunuhnya. “Kedua capres harus mengakhiri ilusi ini,” tukas Ismail.

Kedua capres juga didesak untuk bicara tentang peralihan dari pemanfaatan batu bara ke energi terbarukan sebagai tumpuan energi nasional. Apalagi tren global saat ini adalah mengganti batu bara dengan energi terbarukan.

Menurut Hendrik Siregar, Auriga Nusantara, Indonesia dengan kekayaan energi surya dan sumber energi terbarukan lainnya, bisa membawa bangsa ini lebih baik dan menjadi pemimpin global.

“Pertanyaannya adalah apakah Jokowi dan Prabowo akan membawa bangsa ini ke energi bersih dan ikut tren global. Mereka harus jawab ini,” tandas Hendrik.(RA)