JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) memproyeksikan realisasi belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan hingga akhir 2020 tidak akan mencapai target yang sudah dicanangkan dalam Rencana Kerja Anggaran dan Biaya (RKAB) 2020. Arviyan Arifin, Direktur Utama Bukit Asam, mengatakan pada tahun ini manajemen sebenarnya mengalokasikan capex sebesar Rp4 triliun. Namun serapan hingga semester I masih minim. “Capex ada kemunduran selama 2020. Kami targetkan sebesar Rp4 triliun, namun selama semester I baru sekitar Rp1 triliun,” kata Arviyan, Kamis (30/9).

Menurut Arviyan, beberapa pemicu lambatnya serapan capex adalah terganjalnya beberapa proyek akibat pandemi Covid-19, yakni pengerjaan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 dan proyek gasifikasi batu bara di Tanjung Enim. “Ada keterlambatan PLTU, gasifikasi, Kami berharap semester II capex bisa direalisasikan,”ujar dia.

Arviyan menargetkan memasuki sisa waktu semester II investasi bisa digenjot. Bukit Asam menargetkan hingga akhir 2020 realisasi investasi bisa mencapai Rp3 triliun. “Capex karena ada kemunduran gasifikasi tidak sampai Rp4 triliiun, tapi melihat perkembangan Covid kami perkirakan sekitar Rp2,7 triliun- Rp3 triliun karena ada kemunduran dari proyek yang dikerjakan,” kata dia.

Dari sisi produksi, hingga semester I Bukit Asam memproduksi 11,9 juta ton batu bara dengan volume angkutan batu bara tercatat mencapai 11,7 juta ton. Realisasi pengangkutan ini masih sama dengan realisasi semester I di tahun sebelumnya.

“Dibanding  semester I 2019 itu lebih rendah 7% (produksi batu bara). Terkait dengan angkutan, selama semester I 2020 sebesar 11,7 juta ton, relatif sama dengan semester I 2019 yang sebesar 11,7 juta ton. Ini menunjukan kinerja operasi kami  masih perform,” ungkap Arviyan.

Hingga akhir 2020, Bukit Asam melakukan penyesuaian target produksi batu bara setelah mempertimbangkan kondisi pasar global di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, dari target awal 30,3 juta ton menjadi 25,1 juta ton.(RI)