JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) bakal mengawasi ketat pengerjaan proyek Forel dan Bronang yang digarap Medco E&P Natuna Ltd yang bakal rampung atau onstream pada Oktober 2024 nanti.

Hudi D Suryodipuro, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, menegaskan keberhasilan proyek Forel dan Bronang sangat berdampak signifikan terhadap upaya pencapaian target produksi migas nasional.

Salah satu kepastian akan rampungnya proyek tersebut adalah Floating Storage Production and Offloading (FSPO) pada Agustus mendatang, sehingga Oktober sudah onstream.

“Forel bahwa kami sedang mengupayakan mungkin supaya Oktober bisa onstream,” kata Hudi saat diskusi dengan media pada Selasa (23/4).

Fasilitas produksi yang dibangun Medco rencananya bakal memiliki kapasitas produksi minyak mencapai 10 ribu barel per hari (bph). Jumlah sebesar itu diharapkan bisa mengambil bagian menutup gap produksi dengan target yang sudah dipatok.

Selain Forel & Bronang, proyek lain yang dijadikan sebagai andalan adalah pemboran sumur infill carbonate dan clastics. Exxon Mobil Cepu Limited (ECML) mulai bor 5 sumur infill carbonate dan 2 sumur clastics secara bertahap sejak 1 Maret 2024.

“Dua harapan besar kita adalah Banyu Urip Infill clastics sama yang satunya favorit Forel,” ungkap Hudi.

Kegiatan terbaru di Banyu Urip setelah delapan tahun ini diharapkan dapat menambah produksi Lapangan Banyu Urip sebesar 42 juta barel. Untuk tahun ini jika pemboran dua sumur sudah selesai tambahan produksi dari Lapangan Banyu Urip diharapkan sekitar 8 ribuan bph.

Saat ini produksi berada dikisaran 576 ribuan bph. Ini tentu jauh dibawah target yang telah disepakati di Work Plan & Budget (WP&B) yakni sebesar 596 ribu bph atau bahkan target APBN yakni 635 ribu bph. Untuk itu jika ada tambahan produksi dari Forel serta Lapangan Banyu Urip akan sangat membantu upaya untuk mencapai target.

SKK Migas, kata Hudi juga bakal mendorong percepatan mobilisasi rig untuk melakukan kegiatan work over dan well service. Dua kegiatan ini sangat banyak dilakukan pada tahun ini sementara ketersediaan rig terbatas. Untuk itu pola serta jadwal penggunaan harus diawasi secara ketat.

“Fokus 2024 juga optimalisasi plan shut down dan zero shutdown. Ada maintenance audit, karena kita lapangan tua itu perlu audit, lihat kesiapan plan juga optimalisasi jangan sampai shutdown saat sedang peak production,” ungkap Hudi.

Pemerintah sangat berkepentingan untuk menjaga agar proyek-proyek hulu migas bisa rampung pada tahun ini. Pasalnya berbagai masalah serius menghampiri di awal tahun, sehingga turut berdampak terhadap kinerja produksi migas pada tahun ini.

Pukulan berat bagi upaya pencapaian target produksi migas adalah banjir di wilayah blok Rokan yang membuat sekitar 300-an sumur produksi di sana terpaksa ditutup sementara dan berhenti berproduksi. SKK MigasĀ  menyatakan reaktivasi sumur sudah dilakukan berharap produksi bisa kembali.

Masalah berikutnya adalah terjadi masalah di Bumi Siak Pusako (BSP) sehingga harus kehilangan lagi produksi di awal tahun. “Kita juga tidak sangka di BSP. kita langsung proses recovery sudah selesai lagi proses pengembalian produksi sebelumnya, sekitar 8 ribuan bph,” kata Hudi.(RI)