JAKARTA – Kementerian Koordinator Perekonomian akan terus mendorong pengembangan energi baru terbarukan (EBT), baik yang berasal dari kelapa sawit maupun komoditas lainnya. Untuk pengembangan bioenergi, Indonesia memiliki potensi yang besar. Lahan dan bahan baku melimpah, limbah industri bisa diolah, sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) lainnya cukup mendukung.

Saat ini Indonesia masih cenderung tertinggal dibanding negara pesaing lainnya. Untuk pasar biomassa di Jepang misalnya, saat ini nama Indonesia baru tercantum sebagai pemasok PKS (cangkang sawit mentah).

Airlangga Hartarto, Menko Perekonomian, mengatakan keberadaan energi terbarukan selain dapat mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM), juga akan meningkatkan daya saing petani.

Oleh karena itu, Kemenko Perekonomian mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja meraih pasar bioenergi di Indonesia, Jepang dan dunia.

“Perlu adanya koordinasi dan sinergitas dari seluruh para stakeholder terkait bioenergi dan biomassa ini supaya bisa meraih pasar bioenergi di Jepang. Diharapkan bisa ditemukan hasil kesepakatan pada kick-off meeting ini, apakah itu melalui dibentuknya semacam konsorsium bersama atau melalui bentuk solusi lainnya,” kata Airlangga, saat pembukaan kickoff meeting yang diselenggarakan Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian bersinergi dengan IJB-Net (Indonesia-Japan Business Network), di Jakarta, Selasa (10/11).

Airlangga mengatakan produk biomassa Indonesia memiliki peluang memimpin pasar di Jepang asalkan kualitas dan kuantitas produk dapat dipertahankan sesuai standar yang dibutuhkan pasar Jepang.

“Kata kunci keberhasilan disini adalah sinergi yang baik dalam komunikasi dan promosi antara Indonesia dan Jepang guna mendorong perbaikan kualitas dan standar produk yang diinginkan oleh Jepang,” kata dia.

Airlangga berharap kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha biomassa Indonesia dan Jepang dapat semakin erat, sehingga Indonesia dapat memanfaatkan peluang ekspor biomassa yang ditawarkan Jepang secara optimal.

HE Masafumi Ishii, Duta Bsesar Kerajaan Jepang untuk Indonesia, mengatakan dukungannya untuk kolaborasi dalam pemenuhan potensi bioenergi baik di Jepang maupun di Indonesia. Dengan potensi alam yang dimiliki diyakini bahwa Indonesia akan mampu manjadi pemimpin pasar dunia untuk bioenergi.

“Dibutuhkan kerja keras dan saling sinergi berbagai pihak untuk mewujudkan program ini. Diharapkan baik Jepang maupun Indonesia akan terus berkolaborasi dan bersinergi untuk memenuhi kebutuhan energi terbarukan yang sangat menguntungkan untuk kedua negara ini,” ujar Ishii.

Melalui kickoff meeting yang diselenggarakan Kemenko Perekonomian ini, akan dibentuk sebuah konsorsium untuk mengeksekusi rencana-rencana tersebut melibatkan para pemangku kepentingan dan pihak-pihak terkait. Targetnya, bisa menjadikan Indonesia sebagai produsen bioenergi yang mampu memasok kebutuhan Indonesia, Jepang, dan dunia.

Kickoff meeting ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang sama kepada para pemangku kepentingan dan pihak terkait di Indonesia untuk menyusun rencana kerja sinergi bersama ke depan. Nantinya akan ada pertemuan-pertemuan lanjutan baik internal Indonesia maupun bersama dengan pihak Jepang untuk mengerucutkan persiapan sampai dengan saat peletakan batu pertama pembangunan pabrik pengolahan yang ditargetkan bisa dimulai tahun depan.

Kickoff meeting dihadiri Menko Perekonomian, Duta Besar Kerajaan Jepang untuk Indonesia, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis, Kemenko Perekonomian, CEO Green Power Development Corporation of Japan/ GPDJ Gen Kimitsuka, Director of BDA (Business Development & Activation) DENTSU Corp. Fumihito Yoshitsugu, GM Kyushu Renewable Energy and Environment Industry Promotion Association/ KRI Shunichi Shimada, Ketua Umum Suyoto Rais.

Musdhalifah Machmud, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis, Kemenko Perekonomian, mengatakan pemerintah akan terus meningkatkan kerja sama dengan pemerintah Jepang mewujudkan kerjasama yang telah dirintis melalui Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) dan lainnya.

“Kami berharap setelah acara ini segera terbentuk konsorsium pemenuhan bioenergi ke Jepang, dan segera dilakukan kgeiatan teknis lainnya terkait percepatan pengirman bioenergi ke Jepang yang dapat meningkat devisa Indonesia untuk masa yang akan datang,” tandas Musdhalifah.(RA)