JAKARTA – Memasuki Juni 2020, isu perombakan direksi PT Pertamina (Persero) semakin kencang mengemuka. Berbagai nama terus muncul ke permukaan sebagai kandidat untuk mengisi kursi panas direktur utama yang sekarang diisi Nicke Widyawati.

Berdasarkan keterangan dari sumber Dunia Energi, Pertamina sudah terlambat melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Untuk itu para pemegang saham rencananya akan menggelar RUPS pada Juni ini yang menjadi batas waktu terakhir untuk menggelar RUPS Tahunan.

Selain itu muncul nama-nama yang diisukan menjadi direksi, belakangan nama yang beredar dikalangan internal Pertamina berasal dari mantan petinggi Pertamina.  Beberapa nama tersebut di antaranya adalah Syamsu Alam, mantan direktur hulu di era kepemimpinan Dwi Soetjipto. Kemudian ada nama Hanung Budya Yuktyanta yang beberapa kali sebelumnya juga sempat berseliweran menjadi kandidat direktur utama. Hanung sebelumnya pernah menjabat sebagai direktur pemasaran dan niaga Pertamina dari 2012 sampai 2014. Berikutnya ada nama Gigih Prakoso, mantan direktur utama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) yang sebelumnya juga sempat menjadi anggota direksi Pertamina yakni sebagai direktur perencanaan investasi dan manajemen risiko.

Selain itu, dari eksternal muncul nama Insan Purwarisya L Tobing. Drektur Utama PT Pelni. Ia sebenarnya pernah berkarir di Pertamina, yakni sebagai komisaris PT Pertamina Internasional Eksplorasi Produksi (PIEP) periode 2015-2017.

Pola pelaksanaan RUPS Pertamina tahun ini sebenarnya mengulang pola yang sama pada 2019 yang juga digelar terlambat pada  Juni.

Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, mengungkapkan nama-nama mantan internal Pertamina yang beredar sebenarnya positif dalam artian sosok tersebut sudah paham betul dengan alur operasional dan sistem kerja Pertamina.

“Mayoritas internal yg notabene sudah cukup paham plus minus Pertamina,” kata Komaidi kepada Dunia Energi, Selasa (2/6).

Menurut dia, wajar nama-nama mantan pejabat karir didorong oleh internal Pertamina karena para pekerja dibawahnya akan lebih nyaman bekerja dengan sosok yang sudah lama dikenal.

“Saya kira wajar, kalau internal mendorong nama-nama dari dalam (perusahaan). Bagaimanapun pekerja akan nyaman bekerja dipimpin oleh figur yang sudah dikenal dan mengenal mereka,” kata dia.

Namun demikian Komaidi tidak bisa memastikan sosok mana yang paling cocok memimpin lantaran keputusan pemegang saham juga kerap kali tidak bisa diprediksi. “Kadang-kadang rumus baku tidak berlaku tergantung pemegang kekuasaan maunya siapa dan bagaimana dan seringkali bukan hanya menit tapi detik terakhir bisa berubah,” ungkap Komaidi.

Menurut Mamit Setiawan, Direktur Eksekutif Energy Watch, nama-nama yang sekarang sedang beredar untuk isi jabatan direktur utama sudah beberapa kali beredar setiap ada rencana perombakan direksi Pertamina.

“Saya sangat bersyukur jika salah satu diantara nama-nama tersebut mereka terpilih menjadi dirut Pertamina karena mereka adalah orang-orang internal Pertamina yang mana seharusnya paham akan bisnis unit Pertamina,” kata Mamit.

Mamit mengatakan Pertamina tidak hanya bicara hilir dan hulu, namun juga ada juga pengolahan yang semua akan terintegrasi. Melalui pengalaman mereka di Pertamina diharapkan bisa membawa Pertamina menjadi lebih baik lagi ditengah kondisi saat ini saat sektor hulu terpukul karena harga minyak dunia yang sedang tidak terlalu bagus, disisi lain sektor hilir sedang berkurang konsumsi bbm akibat Covid-19 ini.

Pekerjaan mega proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Root Refinery (GRR) juga harus menjadi prioritas ke depan mengingat kita bicara tentang ketahanan energi nasional.

Menurut Mamit, Syamsu Alam dengan pengalaman sebagai direktur hulu dan juga direktur utama  Pertamina EP merupakan sosok yang bisa memajukan sektor hulu Pertamina ke depan. Apalagi hulu adalah penyumbang terbesar keuntungan Pertamina.

“Akan banyak terobosan yang dilakukan agar hulu bisa bergairah kembali dan bagaimana agar hulu bisa terintegrasi dengan hilir. Pak SA adalah sosok yang patut di pertimbangkan dan layak untuk menjadi kandidat utama Dirut Pertamina,” kata Mamit.

Kemudian sosok Hanung,cukup berpengalaman dalam memimpin pemasaran dan hilir sehingga bisa mencari solusi agar hilir tidak menjadi beban bagi Pertamina terus. “Namun,beliau sudah lama tidak bersinggungan dengan Pertamina jadi saya kira akan membutuhkan waktu untuk beradaptasi kembali,” ujarnya.

Sementara Gigih,sebagai mantan Dirut PGN dimana merupakan sub holding migas dengan pengalaman yang ada bisa menjadi kuda hitam untuk menjadi Dirut Pertamina

“Pak Insan Purwarisya saya kira agak sedikit jauh dari dunia migas mengingat dia masih berkecimpung sebagai Dirut PT Pelni. Tapi bisa jadi rossi yang bisa menyalip kandidat lain saat akan mencapai garis finish,” kata Mamit.(RI)