JAKARTA – Wilayah Jawa Timur hingga kini masih kekurangan pasokan gas. Padahal kontraktor migas di sana mencatatkan kinerja positif diawal tahun. Salah satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang moncer produksinya di awal tahun ini adalah Saka Indonesia Pangkah Limited (SIPL).

Untuk produksi gas mencapai 122% dari rencana 42,83 juta kaki kubik per hari (MMscfd) realisasinya 52,08 (MMscfd). Untuk salur gas mencapai 123%, dari rencana 36 (MMscfd) dapat terealisasi sebesar 44 (MMscfd). Sedangkan produksi minyak mencapai 8.334 Barel Per Hari (BPH) dari rencana 7.000 BPH atau mencapai 119% dari target. Untuk produksi LPG mencapai 138% dari target, begitu pula lifting LPG yang mencapai 39% dari target. Sehingga secara keseluruhan total produksi mencapai 17.530 barel setara minyak per hari (BOEPD) dari rencana 14.381 BOEPD.

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan kinerja SPIL yang positif sayangnya tidak diimbangi dengan kemampuan serapan gas yang optimal. karena untuk Jawa Timur saat ini masih kekurangan gas. Dia berharap agar gas dari SIPL bisa sampai ke konsumen.

Salah satu kuncinya adalah dengan menyambungkan pipa gas milik SPIL dengan jaringan gas yang dimiliki oleh PT Pertamina Gas (Pertagas). Pertagas dan SPIL sendiri sebenarnya masih afiliasi dari Subholding Gas – PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGAS).

“Memang belum semua infrastruktur gas di Jawa Timur mampu menjangkau KKKS penghasil gas, termasuk SIPL. Namun dari jaringan terdekat milik Pertagas yang hanya berjarak 7 km, maka ke depan bagaimana SKK Migas dan SIPL melakukan upaya untuk dapat menyambungkan pipa gas tersebut, sehingga kelebihan produksi gas yang belum diolah di fasilitas ini bisa langsung disalurkan dalam bentuk gas pipa”, jelas Dwi, Selasa (29/3).

SKK Migas akan berada didepan untuk membantu KKKS, termasuk SIPL untuk dapat memonetisasi gas yang dihasilkan. “Kami juga telah mendorong Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk dapat menarik investor, yang dampaknya tentu juga akan dirasakan dalam mendukung perekonomian di Jawa Timur,” ungkap Dwi.

kedepan kebutuhan gas akan terus meningkat. Sekarang ini paradigma dalam pengelolaan wilayah kerja sudah berubah. Jika dulu ada wilayah kerja yang tidak ekonomis maka ditinggalkan. Paradigma sekarang, kita bersama-sama mencari cara agar menjadi ekonomis. “Pemerintah telah sangat membuka diri dan memberikan banyak dukungan bagi investasi hulu migas. Kedepan, Pemerintah akan terus memberikan dukungan, mengingat kebutuhan migas masih akan terus bertambah”, ungkap Dwi.

Khostarosa Andhika Jaya, General Manager SIPL, mengakui adanya perubahan dalam SKK Migas yang juga mendorong SIPL untuk bergerak lebih cepat dalam menjalankan kegiatan, termasuk upaya melakukan percepatan survei seismic 3D 500 km2.
Menurutnya jika penyerapan gas optimal, pencapaian gas di SIPL bisa mencapai dua kali lebih banyak. Andhika menambahkan bahwa SIPL juga mengolah gas menjadi produk, dengan C3-C4 diolah menjadi LPG sehingga dapat memperkuat pasokan LPG nasional.

“Saat ini penyerapan gas oleh PLN sebesar 45 MMSCFD dengan kemampuan produksi 55 MMSCFD. Agar semua dapat terserap, maka bersama SKK Migas terus melakukan koordinasi agar kemampuan produksi dapat terserap semuanya,” ujar Andhika. (RI)