JAKARTA – PT Elnusa Tbk (ELSA), perusahaan jasa energi terintegrasi yang terafiliasi dengan PT Pertamina (Persero), membukukan laba bersih Rp130 miliar pada semester I 2020, terkoreksi 16% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp150 miliar. Beban keuangan yang meningkat 76,8% dan membesarnya rugi kurs menjadi faktor utama yang menekan laba bersih Elnusa.

“Tidak mudah untuk tetap mencatatkan pertumbuhan laba bersih di tengah kondisi makro yang kurang menentu saat ini,” ujar Hery Setiawan, Direktur Keuangan Elnusa, Senin (3/8).

Diversifikasi portofolio yang dimiliki Elnusa diyakini akan saling menopang satu sama lain dan mampu menjaga pertumbuhan kinerja hingga akhir tahun.
Hingga kini kinerja Elnusa masih stabil dan menjadi salah satu perusahaan servis migas yang tetap mencatatkan kinerja positif.

Pada semester I 2020 Elnusa membukukan peningkatan pendapatan usaha 3,3% dari Rp3,8 triliun pada semester I 2019 menjadi Rp3,9 triliun pada semester I 2020. Laba bruto tumbuh 9,6% dari Rp383 miliar menjadi Rp419 miliar. Sementara laba operasi naik signifikan 10% dari Rp236 miliar menjadi Rp260 miliar.

Hery mengatakan bahwa kondisi triple shock yang dihadapi Elnusa saat ini sangat menantang. Jasa hulu migas Elnusa mendapatkan tekanan fluktuasi harga migas, jasa distribusi dan logistik energi berhadapan dengan perubahan konsumsi BBM nasional akibat pandemi Covid-19 dan terdapat pula pelemahan nilai kurs rupiah yang juga mempengaruhi kinerja keuangan.

“Namun kami tetap mampu menjaga pertumbuhan pendapatan usaha, laba bruto maupun laba operasi dengan baik,” kata Hery.

Hery menjelaskan secara segmentasi, jasa hulu migas Elnusa mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan yaitu sebesar 25% jika dibandingkan semester I 2019. Peningkatan ini ditopang banyaknya permintaan jasa pengelolaan dan perawatan sumur migas serta jasa engineering, procurement, construction, operation & maintenance (EPC-OM). Secara konsolidasi, kontribusi segmen jasa hulu migas pada semester I 2020 ini mencapai 54%, jasa distribusi & logistik energi 42%, serta jasa penunjang 4%.(RA)