RIDAYDH–  Saudi Arabian Oil Co (Aramco), perusahaan milik pemerintah Arab Saudi, yang merupakan produsen dan eksportir minyak mentah terbesar di dunia, berencana menawarkan saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) tahun ini.  Jika IPO terealisasi, Aramco akan menjadi perusahaan terbesar di dunia dari sisi nilai kapitalisasi pasar saham.

Manajemen Aramco saat ini mempelajari berbagai opsi yang membolehkan partisipasi luas publik dalam ekuitasnya. Langkah ini ditempuh dengan mencatatkan sahamnya di bursa efek dalam persentase yang pantas untuk saham perusahaan atau mencatatkan beberapa anak perusahaannya.

“Proposal ini konsisten dengan arah besar dan progresif yang dituju kerajaan untuk reformasi, termasuk swastanisasi berbagai sektor ekonomi Saudi dan deregulasi pasar yang didorong kuat-kuat oleh perusahaan,” kata manajamen Aramco.

Pernyataan itu muncul sehari setelah The Economist menerbitkan wawancara dengan Wakil Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman yang menyatakan penawaran saham sedang dikaji.

Mengutip pejabat Arab Saudi yang tak mau disebutkan namanya, The Economist melaporkan, Aramco akan melepas 5% saham kepada investor di Riyadh. Pilihan lain yang sedang dibahas adalah Aramco menawarkan unit usaha seperti petrokimia, penyulingan, dan pemasaran kepada pemodal.

“Secara pribadi, saya percaya upaya ini untuk kepentingan pasar di Arab Saudi dan Aramco,” ujar Salman seperti dikutip Bloomberg. Salman tak merinci rencana Aramco melepas saham ke pasar. Petinggi Aramco juga tak bias dimintai komentar soal IPO ini.

Menurut estimasi analis, total nilai kapitalisasi Aramco lebih dari US$ 2 triliun. Danilo Onorino, Manajer Portofolio Dogma Capital SA, mengatakan berdasarkan pad cadangan  minyak dan menggunakan asumsi konservatif, nilai pasar Aramco lebih dari US$ 2,5 triliun. Jika masuk bursa, Aramco bias melewati Apple Inc sebagai perusahaan terbesar di dunia dari sisi nilai pasar saham. Saat ini total pasar saham Apple sekitar US$ 543 miliar.

 

Pelajari Opsi
Aramco menyatakan setelah mempelajari opsi-opsi, kesimpulan akan dipresentasikan kepada dewan direksi yang akan membuat rekomendasi kepada Dewan Tertinggi perusahaan. Dewan ini diketuai oleh Pangeran Mohammed dan dinaungi Saudi Aramco sejak dipisahkan dari kementerian perminyakan tahun lalu.

Kerajaan Saudi dihadapkan pada tantangan-tantangan ekonomi yang tidak biasa akibat anjloknya harga minyak dunia. Pekan lalu, Saudi mencatat defisit  US$ 98 miliar pada 2015.  Angka ini semakin terperosok tahun ini menjadi US$ 87 miliar, dengan asumsi harga minyak saat ini US$ 34 per barel, jauh di bawah harga US$ 100 dolar AS per barel pada awal 2014.

Negeri yang berdakade-dekade silam kaya makmur ini pekan lalu mengumumkan anggaran yang menaikkan harga minyak, listrik, air dan lainnya.

Dalam wawancaranya, Mohammed mengatakan penawaran saham tengah dikaji dan akan direalisasikan dalam beberapa bulan ke depan.

Secara pribadi dia antusiastis dengan langkah demi kepentingan pasar ini, perusahaan, dan transparansi yang lebih luas.

Mohammed, putra Raja Salman adalah juga menteri pertahanan dan kepala dewan koordinasi ekonomi Saudi.

Merosotnya harga minyak sebagian besar diakibatkan oleh kebijakan Arab Saudi sendiri dan anggota-anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak atau OPEC karena mereka menolak memangkas produksi minyak mentah demi menghantam produsen minyak non-OPEC seperti AS.

Para analis memperkirakan Saudi hanya akan melepaskan porsi kecil dari saham Aramco ke publik, demikian AFP. (DR)