BATU HIJAU, SUMBAWA BARAT- Deni Dirgasaputra, Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Ayam Petelur Desa Tongo, Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat tampak asik mengaduk pakan ternak. Olahan makanan yang terbuat dari jagung dan dedak serta rucahan ikan itu diolah sedemikian rupa sebagai pakan bagi 950 ekor ayam petelur yang menghuni kandang pada lahan seluas sekitar 350 meter persegi itu. Ada tiga baris kandang di dalam ruangan itu. Masing-masing baris terdiri atas dua umpak yang diisi ayam petelur.

“Tadinya ada 1.000 ekor yang kami pelihara, tapi ada sekitar 40-an lebih yang mati, yang ada saat ini sekitar 950 ekor,” ujar Deni saat ditemui di Tongo, Sekongkang, Jumat (16/11) sore.

Deni menuturkan KUB Ayam Petelur Desa Tongo terdiri atas lima anggota masyarakat. Kelompok ini mendapatkan fasilitas material untuk pengembangan ayam petelur dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara, perusahaan tambang emas dan tembaga nomor dua nasional.

Dia menyebutkan, tingkat bertelur ayam yang dikelolanya sekita 82% per hari. Dari penjualan ayam tersebut, KUB ini mendapatkan kentungan sekitar Rp960 ribu per hari. “Pembeli datang ke sini, ada yang ambil,” ujarnya.

Menurut dia, komponen terbesar untuk pemeliharaan ayam petelur adalah biaya pakan. Karena itu, Deni dkk tak membeli pakan dari toko atau pabrik, tapi membuat sendiri. Deni memperkirakan biaya pengolahan pakan per bulan mencapai Rp17 juta. “Keuntungan bersih sekitar Rp8,5 juta-Rp9 jutaan per bulan,” ujarnya.

Wirausaha Ternak Ayam Petelur di Desa Tongo, Sumbawa Barat Dibina oleh Amman Mineral. (foto: dokumentasi Amman Mineral)

Deni mengucapkan terima kasih atas dukungan Amman Mineral yang membantu warga masyarakat di Tongo untuk berwirausaha. Apalagi, Deni dkk tak keluar uang sepeser pun untuk beternak ayam petelur. Seluruh material bangunan dan ayam disediakan oleh Amman Mineral. “Hanya tanah saja yang kami sediakan. Itu berkat kebaikan Pak Kepala Desa Tongo yang mendukung program ini,” ujarnya.

Lain lagi pengalaman Denis Suwenda dari KUB Jalit Lestari yang mengembangkan wirausaha gula aren-pasir. Masih di Desa Tongo, Denis dan seorang kawannya sejak beberapa bulan ini merintis wirausaha gula aren-pasir berbahan air nira. “Dalam sehari kami mengolah 20 kilogram air nira untuk dijadikan empat kilogram gula aren-pasir,” ujar Denis.

Cara pengolahan gula aren-pasir ini sangat sederhana. Denis mendapatkan air nira dari warga Desa Tongo yang memiliki pohon aren. Nira dari pohon itu kemudian dipasok ke KUB Jalit Lestari. Nira itu dimasak dalam kuali ukuran sedang. Selang beberapa saat, nira yang sudah menggumpal menjadi gula dimasukkan ke dalam sebuah alat untuk mengeringkan gula dan membentuknya jadi gula pasir-aren. “Sekitar 15 menit waktu yang dibutuhkan untuk mengolah gula aren jadi gula aren-pasir,” katanya.

Denis juga mengucapkan terima kasih kepada manajemen Amman Mineral yang mendukung dalam penyediaan material alat dan bahan untuk pengembangan wirausaha gula aren-pasir. “Kami juga mendapatkan training melalui Amman Mineral, mulai dari pengolahan hingga pemasarn. Harga satu paket gula aren-pasir kami bandrol Rp25 ribu ukuran 200 gram,” jelas dia.

Jaharuddin dari Program Klaster Madu Bariri di Desa Bukit Damai, Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, juga merasakan peran penting kehadiran Amman Mineral dalam pemberdayaan wirausaha lebah madu di daerahnya. Menempati lahan sekitar 4000 meter persegi, Jaharuddin dan kelompok usaha lebah madu setempat mengembangkan beberapa jenis lebah madu, salah satu unggulannya adalah lebah madu jenis Trigona Sp.

Menurut Jaharuddin, lebah madu hasil budidaya butuh waktu tiga bulan untuk panen. Setiap kandang berukuran sekitar 15-25 cm akan menghasilkan madu sebanyak 100-150 mililiter. Untuk satu liter madu butuh 7-10 kandang. “Harga jual madu jenis ini sekitar Rp100 ribu 250 militer atau sekitar Rp 400 ribu per liter,” ujarnya.

Madu jenis Trigona Sp memang paling enak di antara beberapa jenis lebah madu peliharaan lain di kebun ini.

Bamban Triharyono, Manajer Pengembangan Masyarakat Amman Mineral, mengatakan phaknya mendukung upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat. Apalagi kegiatan penambangan tidak akan terus menerus karena ada batas usia produksi sesuai dengan cadangan tambang. “Karena itu, kami fokus pada bagaimana mengupayakan agar masyarakat di sekitar tambang memiliki kemampuan dalam kegiatan ekonomi. Di situ kami support,” katanya.

Menurut Bambang, Amman Mineral sejak dua tahun telah memperkenalkan pola pendekatan program tanggung jawab sosial (CSR) dari filantropi yang hanya berfokus pada donasi dan voluntir menjadi program penciptaan manfaat bersama atau creating shared value (CSV). Inovasi ini bertujuan untuk membantu membangun ekonomi lokal menuju masyarakat yang memiliki kemandirian ekonomi secara berkelanjutan.

“Program dilaksanakan melalui berbagai kegiatan pengembangan kewirausahaan berbasis potensi lokal dan pemberdayaan masyarakat,” ujar Bambang.

Dia menjelaskan, dalam dua tahun implementasinya, Program Pengembangan Masyarakat (PPM) Amman Mineral mengembangkan 15 jenis komoditas usaha mulai dari agribisnis seperti peternakan ayam petelur, budidaya lebah trigona, ikan lele, udang vanamei dan rumput laut. Selain itu, perusahaan juga memberdayakan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) seperti gula aren, mie jagung, minyak lala hingga revitalisasi Pantai Jelenga sebagai kawasan destinasi wisata.

 

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Amman Mineral untuk wirausaha lebah madu di sekitar tambang Batu Hijau, Sumbawa Barat. (foto: Dunia-Energi)

Untuk pemenuhan kebutuhan modal usaha kecil, juga telah dikembangkan lembaga keuangan non-bank dalam bentuk koperasi. Hingga saat ini, PPM Amman Mineral telah diimplementasikan di 20 desa dan melibatkan 22 Kelompok Usaha Bersama (KUB) dengan total penerima manfaat kurang lebih 304 Kepala Keluarga (KK) di wilayah Tambang Batu Hijau dan sekitarnya.

Bambang juga menegaskan untuk pengembangan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (capacity building) masyarakat sekitar tambang, Amman Mineral juga bermitra dengan Balai Latihan Kerja Kabupaten Sumbawa Barat, Balai Besar Pengembangan Latikan Kerja Bandung dan Bekasi dan penyedia pelatihan (provider training) regional untuk melakukan berbagai program pelatihan seperti pelatihan mengemudi, pengelasan, pelatihan sebagai penjaga keamanan (security) dan juga pelatihan dibidang Informasi Tehnologi (IT). “Jumlah masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pelatihan ini sebanyak 49 orang,” ujarnya.

Anita Avianty, Head of Corporate Communications PT Amman Mineral, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada para pemangku kepentingan termasuk pemerintah daerah yang selalu memberikan dukungan dan arahan terhadap program pengembangan masyarakat yang dilaksanakan perusahaan. Begitu banyak sumber daya lokal yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai sarana atau alat pemberdayaan ekonomi masyarakat. Namun demikian kesadaran masyarakat akan potensi ekonomi yang ada merupakan faktor penentu keberhasilan dalam setiap program pengembangan masyarakat.

“Kami berharap program-program ini memberikan manfaat bagi masyarakat dan membantu percepatan ekonomi Sumbawa Barat,” ujar Anita.

Untuk memastikan keberhasilan program, lanjut Anita, Amman Mineral memberikan program pembinaan berupa pelatihan dan pendampingan. Program pembinaan ini dilakukan secara komprehensif dan disesuai dengan karakteristik masing-masing usaha untuk memastikan tepat sasaran dan mampu menumbuhkan kemandirian bagi para wirausaha lokal yang menjadi binaan.

Amman Mineral adalah perusahaan tambang Indonesia yang mengoperasikan tambang Batu Hijau di Sumbawa Barat. Tambang Batu Hijau adalah tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia dan merupakan aset berkelas dunia. Perusahaan juga memiliki beberapa prospek lain yang sangat menjanjikan di area konsesi tembaga dan emas di Kabupaten Sumbawa. (DR)