JAKARTA – PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) ternyata melakukan pengembangan fasilitas pemrosesan atau processing plant di tambang Batu Hijau. Tidak tanggung – tanggung nantinya kapasitas fasilitas pemrosesan di sana akan menjadi dua kali lipat dibandingkan kondisi saat ini.

Alexander Ramlie, Presiden Direktur Amman Mineral Internasional yang merupakan induk dari AMNT, menyatakan kebutuhan konsentrat tembaga akan bertambah seiring dengan rampungnya proyek smelter Amman. Untuk itu peningkatan volume produksi diperlukan juga.

Menurut dia selama ini berbagai pihak hanya melihat smelter sebagai bentuk keseriusan dalam pengembangan mineral tembaga, padahal ada berbagai fasilitas penunjang lainnya selain smelter yang juga harus dibangun serta membutuhkan dana tidak sedikit.

“Mereka hanya lihat smelter sja padahal untuk jalankan banyak proyek lain capexnya jauh lebih besar dari smelter pemerintah dan publik nggak tahu supaya jalankan smelter harus tingkatkan volume produksi, untuk supaya tingkatkan produksi bangun processing plant, kita ekspansi dari 120 ribu ton per hari ke 250 ribu ton per hari,” kata Alexander disela diskusi bersama awak media, Selasa (9/5).

Menurut Alexander untuk melakukan ekspansi processing plant dana yang dibutuhkan bahkan lebih besar ketimbang membangun smelter.

“Untuk support smelter investasi US$1,6 miliar, investasi smelter hanya US$1 miliar orang-orang fokus smelter, padahal dibelakang itu masih banyak proyek supaya smelter bisa dijalankan. Pertengahan tahun depan processing plant jadi,” ujar dia.

Seperti diketahui Amman memang boleh bernafas lega lantaran kembali dapat relaksasi izin ekspor konsentrat tembaga dari pemerintah. Namun demikian izin hanya sampai Mei 2024 sebelum itu maka smelter harus sudah rampung.

Sementara hingga awal tahun ini progress pembangunan smelter ternyata masih dikisaran 50%. Namun Amman kata Alexander optimistis bisa memenuhi target yang dipatok pemerintah. “Smelter Januari lalu terakhir sudah sekitar 52%,” ungkap Alexander. (RI)