JAKARTA – PT Freeport Indonesia menyatakan telah melalui tahun 2018 dengan aman dan produktif seiring penuntasan transaksi divestasi PT Freeport Indonesia pada 21 Desember 2018 dan transisi dari kegiatan tambang terbuka menuju tambang bawah tanah.

Richard Adkerson, Chief Executive Officer Freeport-McMoRan Inc yang juga Komisaris Utama Freeport Indonesia, mengatakan Freeport Indonesia telah mencapai kemajuan penting dalam persiapan tambang bawah tanah untuk masa mendatang.

“Sistem jalur kereta pengangkutan bijih bawah tanah yang canggih serta infrastruktur yang diperlukan bagi kegiatan tambang bawah tanah telah dibangun,” kata Richard dalam keterangan resminya, Senin (4/2).

Dia mengungkapkan, saat ini Freeport tengah mengatasi masalah seismik akibat kegiatan tambang pada tambang bawah tanah Deep Mill Level Zone (DMLZ), dan hingga kini hasilnya menggembirakan. Freeport juga telah berinvestasi sejak lebih dari 15 tahun yang lalu, dan kini tengah mempersiapkan transisi menuju kegiatan tambang bawah tanah.

Richard menambahkan, selama dua tahun ke depan, Freeport akan meningkatkan produksi dari dua tambang bawah tanah baru berskala besar dengan kandungan berkadar tinggi, dan diperkirakan pada 2021 produksi dari wilayah Grasberg akan meningkat dua kali lipat dibanding 2019.

Menurut dia, hal ini merupakan upaya kelas dunia yang telah direncanakan secara cermat oleh tim Freeport dengan dukungan organisasi teknis global Freeport, dan berlangsung sesuai jadwal.

“Saya sangat gembira dengan hasil perundingan kami bersama Pemerintah Indonesia. Ketiga pihak terkait, yakni pemerintah, mantan mitra kerja sama kami (Rio Tinto) dan Freeport telah mencapai dasar tujuannya masing-masing. Tidaklah mudah mengingat situasi rumit yang dihadapi. Namun demikian pada akhirnya, kami semua senang,” ungkapnya.

Richard mengatakan Freeport berhasil mempertahankan keekonomian dan eksposur Freeport atas aset kelas dunia yang luar biasa, salah satu cadangan tembaga dan emas terbesar di dunia.

“Yang terpenting, setelah melalui kontroversi bertahun-tahun serta perbedaan posisi, kini kami telah menjalin kemitraan dengan Inalum, Badan Usaha Milik Negara Indonesia (BUMN), yang secara kuat menyelaraskan kepentingan ekonomi Freeport dengan Pemerintah Indonesia,” kata Richard.

Dia menambahkan, Freeport telah menjalani perundingan intensif selama tiga tahun terakhir. Penyelesaian perundingan berhasil dilakukan dengan cara yang positif, sehingga mampu terhindar dari proses sengketa pengadilan dan arbitrase internasional.

“Patut disyukuri serta merupakan hal positif bagi semua pemangku kepentingan,” tandas Richard.(RA)