JAKARTA – Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) salah satu perusahaan kelas kakap di industri batu bara tanah air menyatakan tidak siap ikut mendukung target pemerintah yang mau mempensiunkan dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) bertenaga batu bara, namun itu ada syaratnya.

Adaro sendiri jadi salah satu perusahaan yang paling disorot lantaran kontribusinya sebagai pemasok utama batu bara bagi PLTU yang selama ini merupakan penghasil emisi terbesar di sektor ketenagalistrikan.

Garibaldi Thohir, Presiden Direktur Adaro, menyatakan pada prinsipnya Adaro akan mengikuti kebijakan pemerintah, meskipun jadi kontributor besar bagi PLTU.

Hanya saja menurut pria yang akrab disapa Boy itu ada syarat yang harus terpenuhi baru kebijakan menghentikan operasi PLTU bisa masuk akal.

“Kita suportif tapi itu takes time, yang tadi saya bilang, nggak mungkin langsung, saya setuju banget PLTU yang tua-tua yang 40 tahun dipensiunkan,” ujar Boy belum lama ini di Jakarta.

Menurut Boy, PLTU tua menggunakan teknologi lama yang harus diakui tidak ramah terhadap lingkungan. Sementara, untuk PLTU yang umurnya baru 5-10 tahun atau baru dibangun sudah dilengkapi dengan teknologi terkini sehingga kadar emisi yang dihasilkan jauh lebih rendah.

Dia menegaskan PLTU yang baru dibangun bisa diberikan kesempatan beroperasi dulu sambil menunggu pembangkit berbasis energi hijau rampung atau siap untuk memasok kebutuhan energi nasional.

“Nah PLTU-PLTU itu kan teknologi, teknologi lama sudah berjalan 40 tahun terus pasti karbon emisi nggak bagus, menurut saya setuju banget, tapi dengan PLTU-PLTU baru super ultra critical segala macam ya nanti bertahap, apakah nanti 10-15-20 tahun lagi,” ujar Boy.