JAKARTA – Ikatan Ahli Teknik Minyak Indonesia (IATMI) menyoroti pemberian hak partisipasi (Participating Interest/PI) 10% ke daerah melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), termasuk di Blok Rokan yang akan mulai dikelola PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) pada 9 Agustus 2021 mendatang.
Hadi Ismoyo, Sekretaris Jenderal IATMI yang juga Direktur Utama PT Petrogas Jatim Utama Cendana, mengatakan tantangan pengelolaan PI 10%, di antaranya diperlukan profesional migas untuk melaksanakan tata kelola PI 10%. “BUMD pengelola harus slim dan agile, serta cepat dalam membuat dan mengolah keputusan strategis,” kata Hadi pada diskusi virtual “Menjaga Keandalan Operasi Wilayah Rokan”, Kamis (22/7). Selain Hadi, tampil sebagai pembicara pada diskusi tersebut Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman, dan Direktur Utama PHR Jaffee Arizon Suardin.
Menurut Hadi, tantangan yang ada saat ini adalah adanya fakta di lapangan banyak PI 10% dengan berbagai sebab belum diselesaikan atau belum diberikan ke BUMD sesuai amanat Permen 37, baik sebab teknis dan non-teknis. Selain itu, sosialisasi belum menyentuh akar semangat PI 10% yang menyangkut ada hak dan kewajiban masing-masing pihak. Ada pula leak off komunikasi antara operator dan BUMD karena level pemahaman yang berbeda.
BUMD Riau yang akan mengelola PI 10% Blok Rokan diharapkan dikelola secara profesional dan mampu menjadi mitra PHR. Dikelola secara profesional dengan tetap memberikan ruang bagi keikutsertaan stakeholders di daerah secara bertahap. “Selain pemasukan sebagai PAD, juga untuk meng-generate potensi lainnya agar usaha BUMD Riau semakin berkembang,” kata Hadi.
Blok Rokan dengan luas wilayah kerja sebesar 6.264 km2 memiliki 115 lapangan dan dalam perjalanan panjangnya berkontribusi sebesar 46% terhadap produksi minyak nasional. Blok Rokan pernah mengalami masa keemasan dengan produksi minyak diatas 600 ribu barel per hari dari 1970 sampai 2003.
Meski produksi mulai menurun, Blok Rokan tetap menjadi tulang punggung produksi minyak nasional dan masih merupakan penyumbang produksi minyak terbesar nomor 2 secara nasional dengan produksi di tahun 2020 sebesar 174 ribu barel dan target 2021 sebesar 165 ribu barel. Blok Rokan berkontribuasi sekitar 23% dari produksi nasional.
Menurut Jaffee, Pertamina berkomitmen untuk menggali semua potensi Blok Rokan yang ada secara masif, agresif, dan efisien. Serta menyiapkan tidak hanya sumur yang dibor pada 2021, namun juga pada 2022.
“Bukan mengejar jumlah sumur, maunya jumlah sumur paling sedikit tapi produksi paling besar. Di blok ini memang dibutuhkan sumur yang banyak,” ungkapnya.
Mantan Deputi Perencanaan SKK Migas itu juga mengatakan, PHR akan mengebor dan menyiapkan resources untuk 161 sumur dengan asumsi 77 sumur yang belum sempat diselesaikan oleh eksisting operator. Saat ini, persiapan terus dilakukan. Pertamina sudah menyiapkan sekitar 16-17 rig dan material. Bahkan, rig dan material tersebut bisa digunakan sebelum tanggal 9 Agustus untuk bisa membantu sumur yang sedang dikerjakan eksisting operator. “Tujuannya agar proses alih kelola ini bisa jalan lancar tanpa gangguan,” kata Jaffee.(RA)




Komentar Terbaru