JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mengalokasikan investasi US$2,5 miliar untuk membiayai program di sektor hulu sepanjang 2019. Sebagian besar porsi investasi itu digelontorkan untuk berbagai upaya untuk menjaga produksi minyak dan gas bumi (migas) tidak anjlok, salah satunya dengan mengebor 360 sumur eksploitasi.

“Itu meningkat jauh dibandingkan tahun lalu yang hanya setengahnya,” kata Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina usai paparan kinerja Direktorat Hulu Pertamina di Kantor Pusat Pertamina Jakarta, Kamis (17/1).

Untuk kegiatan pengeboran eksplorasi, perseroan memasang target ada 27 sumur eksplorasi yang di bor pada tahun ini. Hampir setengah dari seluruh rencana pengeboran sumur Pertamina akan dilakukan di wilayah kerja PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) yang terdiri dari PT Pertamina Hulu Mahakam, Pertamina Hulu Sanga-Sanga serta Pertamina Hulu Kalimantan Timur.

“Ada 140 sumur yang dibor di PHI sebagian besar di Mahakam,” kata Dharmawan.
Pada 2018, dari alokasi investasi US$3,1 miliar, hanya terealisasi 96%. Tidak tercapainya target investasi disebabkan ada berbagai efisiensi yang mampu diterapkan sehingga biayanya juga berkurang.

Selain itu, Dharmawan mengatakan sebenarnya untuk tahun ini investasi naik dibanding 2018. Hanya saja diakhir tahun ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan Pertamina untuk membayar signature bonus Blok Rokan sebesar US$ 784 juta.

“Akhir tahun kami harus bayar Rokan US$784 juta. Kalau dikurangi itu kan harusnya investasi hanya US$ 2,2 miliar. Jadi tahun ini kami kita tingkatkan investasinya,” kata Dharmawan.

Untuk target produksi tahun depan sendiri perseroan menargetkan produksi migas sebesar 922 barrel of oil ekuivalent per day (boepd), dengan minyak sebesar 414 ribu barel per hari (bph) dan gas sebesar 2.943 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Target tersebut lebih besar 921 boepd dibanding realisasi 2018 dengan produksi minyak sebesar 392 ribu bph dan gas sebesar 3.064 mmscfd.(RI)