JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), badan usaha milik negara di sektor pertambangan membukukan rugi bersih Rp1,44 triliun sepanjang 2015, membengkak dibanding kerugian pada 2014 sebesar Rp790,79 miliar. Manajemen Aneka Tambang atau Antam dalam laporan keuanganya menyebutkan kerugian disebabkan peningkatan beban pokok penjualan dan beban keuangan. Selain itu, bagian kerugian entitas asosiasi dan ventura bersama serta kerugian lainnya yang membesar ikut menekan kinerja keuangan Antam.

Antam mencatat pendapatan Rp10,53 triliun, naik dibanding 2014 sebesar Rp9,42 triliun. Namun beban pokok melonjak menjadi Rp10,33 triliun pada tahun lalu dibanding 2014 Rp8,62 triliun. Akibatnya, laba kotor Antam anjlok menjadi Rp195,14 miliar dibanding 2014 yang mencapai Rp793,36 miliar.

Sementara itu, meski beban usaha turun menjadi Rp896,57 miliar, anjloknya laba kotor membuat Antam membukukan rugi usaha hingga Rp701,43 miliar.

Pendapatan ditopang dari penjualan emas yang mencapai Rp7,31 triliun. Volume penjualan emas Antam tahun lalu naik 42% menjadi 455.865 ounce. Selain berasal dari produksi emas tambang Pongkor dan Cibaliung, Antam melalui Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia juga memurnikan emas dari pihak ketiga.

“Emas merupakan komponen pendapatan terbesar atau 69% dari total pendapatan perseroan,” kata Tri Hartono, Sekretaris Perusahaan Antam.

Selain dari emas, pendapatan Antam berasal dari penjualan feronikel yang pada 2015 mencapai Rp2,74 triliun atau 26% dari total pendapatan Antam. Volume penjualan feronikel perseroan tercatat 18.643 ton nikel dalam feronikel (TNi).Selain itu, Antam juga memperoleh pendapatan dari penjualan batu bara melalui anak usahanya, PT Indonesia Coal Resources dan penjualan bauksit ke PT Indonesia Chemical Alumina (ICA). ICA merupakan entitas ventura Antam dengan Showa Denko KK, Jepang yang mengoperasikan pabrik Chemical Alumina Grade di Tayan, Kalimantan Barat.(AT)