Kilang ethanol Medco di Lampung yang akhirnya ditutup akibat kesulitan bahan baku.

Kilang ethanol Medco di Lampung yang akhirnya ditutup akibat kesulitan bahan baku.

JAKARTA – PT Medco Energi Internasional Tbk harus menanggung kerugian sebesar USD 20 juta akibat menutup pabrik atau kilang ethanol miliknya di Sumatera. Produksi bahan petrokimia sejenis alkohol yang dapat berfungsi sebagai bahan bakar nabati ini dihentikan, karena sulitnya bahan baku.

Direktur Utama dan CEO Medco, Lukman Mahfoedz mengungkapkan, penutupan pabrik ethanol itu efektif dilakukan sejak 16 Oktober 2013. Sejak tanggal itu, pabrik yang telah beroperasi sejak 2009 tersebut resmi tidak beroperasi lagi.

“Ditutupnya pabrik ethanol Medco karena tidak mencukupinya pasokan bahan baku yang berkesinambungan untuk operasi kilang,” ungkap Lukman di Jakarta, Jumat, 25 Oktober 2013. Dari informasi yang dihimpun Dunia Energi, kilang ethanol Medco yang ditutup itu dapat mengolah bahan baku dari singkong maupun tetes tebu. Namun kedua bahan baku itu semakin sulit didapatkan.

“Dengan penutupan ini Perseroan mencatat total kerugian sebesar USD 20 juta untuk impairment (penurunan nilai aset). Dengan impairment ini, secara kumulatif Perseroan mencatatkan laba bersih sebesar USD 10 juta untuk periode Kuartal III – 2013,” tutur Lukman.

Lukman menjelaskan, penutupan operasi kilang ethanol tersebut, merupakan langkah strategis Medco untuk fokus pada bisnis eksplorasi dan produksi minyak dan gas (migas). “Langkah ini diikuti usaha divestasi kilang ethanol, yang saat ini sedang berjalan dan diharapkan selesai secepatnya,” tukasnya.

Lukman pun menuturkan, bisnis eksoplorasi dan produksi migas Medco saat ini terus menujukkan perkembangan yang menggembirakan. Diantaranya proyek gas hulu Senoro yang kemajuannya telah mencapai 30%, serta proyek hilir Donggi Senoro LNG yang telah mencapai lebih dari 90%. Kedua proyek Nafusah, Medco bekerjasama dengan perusahaan minyak nasional Libya serta LIA (Libya Investment Authority).

“Kami bersama mitra saat ini sedang melengkapi organisasi Nafusah, dan melakukan berbagai studi subsurface dalam mempersiapkan pekerjaan FEED (Front End Engineering Design). Fasilitas produksi Nafusah berkapasitas 50.000 barel minyak per hari diharapkan mulai berproduksi akhir 2016,” ujarnya.

Tutupnya pabrik ethanol Medco, menambah panjang daftar perusahaan bahan bakar nabati atau biofuel. Dalam catatan Dunia Energi, dari 20 perusahaan biofuel yang pernah beroperasi, hanya tersisa lima yang eksis. Selebihnya tutup karena kesulitan bahan baku dan kegagalan bersaing dari sisi harga di pasar dalam negeri, akibat kalah populer dengan bahan bakar minyak yang disubsidi.

(Iksan Tejo / duniaenergi@yahoo.co.id)