JAKARTA – Penurunan tarif dasar listrik seperti yang dijanjikan Calon Presiden Prabowo Subianto dinilai bukan kebijakan yang mudah untuk direalisasikan. Untuk menurunkan tarif dasar listrik harus melalui berbagai perhitungan, terutama dari sisi harga produksi listrik.

“Sekarang kalau mau menurunkan harga, mesti lihat keseimbangan semua. Saya mau menurunkan harga, lalu bagaimana harga produksinya? Jadi tidak bisa sesederhana itu,” kata Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman di Kantor Kemenko Kemaritiman Jakarta, Senin (8/4).

Menurut Luhut, ada beberapa langkah lain yang sedang dan sudah didorong pemerintah agar masyarakat tidak tergantung dengan listrik yang diproduksi PT PLN (Persero), sekaligus mengedepankan sumber daya energi baru terbarukan.

Program tersebut dikenal dengan pembagian Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) yang dijalankan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menyasar masyarakat di berbagai wilayah pelosok.

“Kami sekarang bikin lampu panel (solar panel). Itu bantu peran daerah juga, bisa mengurangi harga listrik juga. Jadi dia tidak perlu beli dari sana (PLN),” ungkap Luhut.

Prabowo menargetkan bisa menurunkan tarif listrik dalam 100 hari kerja apabila terpilih menjadi presiden.

Rencana penurunan TDL sudah direncanakan dan dibahas bersama tim ahli pemenangannya, termasuk di dalam tim tersebut adalah Rizal Ramli.

Menurut Prabowo, salah satu alasan tarif dasar listrik sekarang ini tidak mengalami penurunan dan dinilai tinggi adalah adanya oknum yang meminta jatah dari tarif listrik.

“Jadi kenapa selama ini tinggi, Rizal Ramli jawab biasa pak, banyak yang minta setoran,” tandas Prabowo.(RI)