JAKARTA– PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), anak usaha PT PLN (Persero) di sektor pembangkitan, tahun ini menargetkan sekurangnya dapat meraih satu Predikat PROPER Emas, enam PROPER Hijau, dan enam PROPER Biru di ajang tahunan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Untuk mencapai target tersebut, program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) PJB mengedepankan tiga pilar, yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan dengan mengacu pada ISO 26.000.

“Program TJSL PJB selaras dengan visi PLN, yaitu menjadi perusahaan terkemuka se-Asia Tenggara dan menjadi pilihan nomor satu pelanggan untuk solusi energi,” ujar Zubaidah, Corporate Secretary PT Pembangkitan Jawa Bali, saat berbicara pada diskusi virtual DE Talk bertema “Mengejar PROPER dengan Inovasi Sosial dan Lingkungan” yang diselenggarakan Dunia Energi, Selasa (8/6).

Menurut Zubaidah, pilar sosial berupa program pendidikan keterampilan untuk menunjang ekspansi bisnis, bekerja sama dengan perguruan tinggi atau pihak lain. Pilar ekonomi berupa program pengembangan UKM yang dapat menunjang kebutuhan perusahaan.

“Pilar lingkungan merupakan program inovatif peningkatan kualitas hidup masyarakat berbasis lingkungan yang tematik, terintegrasi dengan pengembangan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan,” ujar Zubaidah yang mantan Vice President Corporate Secretary PLN.

Dia mengungkapkan, PJB mengembangkan tiga program Creating Shared Value (CSV), yaitu co-firing penerapan green energy pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan memanfaatkan biomassa sebagai substitusi (campuran bahan bakar), dengan melibatkan usaha menengah kecil (UMK) sebagai penyedia biomassa.

Selain itu, pompa listrik untuk pertanian dengan mengonversi pompa air bermesin diesel yang menggunakan bahanbakar minyak dengan pompa air listrik yang berhasil mengrangi biaya produksi petani. Program lain adalah PJB Class, yaitu mencetak lulusan SMK yang berkeahlian ketenagalistrikan sebagai tenaga kerja siap pakai yang tersertifikasi.

“Pengembangan CSV di PJB memikirkan banyak aspek, bisnis tumbuh berkesinambungan di lingkungan yang kondusif, tidak hanya lakukan program –program CSR membantu masyarakat, tapi apakah juga bersentuhan langsung dengan bisnis berkelanjutan,” katanya.

Di luar kegiatan yang diproyeksikan dalam TJSL, PJB juga melaksanakan aksi tanggap bencana. Dua bentuk aksi PJB dalam tanggap kebencanaan, yaitu fast response dan empowerment. Di bidang fast response, aksi yang dilakukan adalah pemberian paket semabko, hand sanitizer, dan masker kain kepada masyarakat; pemberian makanan sehat, thermo gun, tenda posko untuk institusi keamanan; penyediaan APD lengkap untuk Puskesmas/Fasilitas Kesehatan; dan penyediaan alat dan cairan disinfektan serta wastafel portabel untuk pemerintah daerah.

“Untuk empowerment, kami ada kegiatan di Unit Pembangkitan (UP) Gresik berupa program pijar berdaya dan UP Paiton berupa Program Kampung Kelor dan Dewi Harmoni,” katanya.

Sudharto P Hadi, Ketua Dewan Pertaimbangan PROPER Kementerian LHK, yang hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut, menyatakan PROPER sejatinya bukan tujuan tapi wahana mewujudkan corporate sustainability yang menjadi idaman semua pemangku kepentingan. “Profit memang perlu, tapi kita juga perlu masyarakat yang terdampak pada kegiatan kita, caranya adalah dengan membangun sistem,” ujarnya.

Adapun Riki Ibrahim, Direktur Utama PT Geo Dipa Energi, menambahkan PROPER bukan tuntutan semata-mata untuk mendapatkan terkenal, tapi tuntuan dunia. Untuk panas bumi adalah energi baru terbarukan yang betul-betul untuk mengelolanya bermanfaat bagi masyarakat. “Kami sebagai perusahaan harus jaga operation excellent dan safety culture,” ujarnya. (RA/APS)