JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk memangkas target produksi migas pada tahun sebagai respon atas gejolak anjloknya harga minyak dunia diiringi dengan pandemi Covid-19. Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengungkapkan jatuhnya harga minyak dunia membuat kegiatan sektor hulu dikurangi untuk mengurangi kerugian lebih besar. Namun Pertamina tidak menutup sumur-sumur produksi karena justru akan menambah biaya.

Secara operasional, aktivitas pada sumur eksplorasi dan sumur eksploitasi akan diturunkan masing-masing sebesar 35% dan 25%. Sedangkan aktivitas pada sumur yang memberikan kontribusi langsung pada produksi, termasuk kegiatan work over yang menjadi tulang punggung untuk mempertahankan level produksi sumur, akan dipertahankan sepanjang memberikan pertimbangan cost dan benefit yang baik.

“Karena tutup sumur ada biaya, dan reaktivasi ada biaya. Jadi kami maksimum cap (tahan) di eksisting produksi. Efisiensi dari capital expenditure (capex), operational expenses (opex), new drilling, maka produksi minyak turun 2% menjadi 421 barel per hari (bph),” kata Nicke disela rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR secara virtual,, Selasa (21/4).

Pertamina dalam Rencana Kerja Anggarap Perusahaan (RKAP) 2020 sebelumnya mematok produksi minyak adalah sebesar 430 ribu bph. Untuk gas, target produksi juga direvisi atau turun menjadi 4% dibandingkan target sebelumnya 2.857 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) menjadi 2.741 MMSCFD. “Gas bisa diturunkan 4%, jadi secara total (migas) 3%, atau dari 923 ribu barel oil ekuivalen per hari (BOEPD) menjadi 894 ribu BOEPD,” kata Nicke.

Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina, mengatakan dengan adanya revisi target tersebut maka ada pemangkasan biaya. Biaya operasional sektor hulu Pertamina dapat diefektifkan dari US$5,52 miliar menjadi US$4,44 miliar. Biaya investasi dioptimalkan sebesar 24% dari US$3,7 miliar menjadi US$2,8 miliar.

Dengan adanya revisi target tersebut maka berbagai kegiatan hulu Pertamina juga mengalami penyesuaian. Pengeboran sumur eksplorasi untuk tahun ini ditargetkan hanya 15 pengeboran atau turun 35% dibandingkan target RKAP. Kemudian pengeboran sumur eksploitasi turun 25% dari 388 pengeboran menjadi 291 pengeboran. kegiatan work over juga disesuaikan menjadi 776 kegiatan atau turun 6% dari target RKAP 2020 yakni sebanyak 823 kegiatan work over.

“Kami harus beradaptasi dengan kondisi apapun, baik saat harga minyak mentah melonjak tinggi maupun menurun tajam. Dan untuk kondisi sekarang, kami pun optimis dapat melewati masa sulit ini dengan baik dan terus berupaya menjaga produksi hulu migas tahun ini tetap dapat tercapai diatas 894 ribu BOEPD,” kata Dharmawan.(RI)