JAKARTA – Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) harus adaptif menghadapi kondisi serta sistem kerja baru dimana kerangka kebijakan pengembangan kompetensi era new normal telah berubah dari Training and Development ke Learning and Development.

“Sesuai pidato Presiden RI pada sidang tahunan, krisis Covid telah memaksa kita menggeser channel cara kerja (extraordinary) dari cara-cara normal menjadi extra normal, dari biasa menjadi luar biasa, dari prosedur panjang dan berbelit menjadi smart shortcut, dan dari orientasi prosedur menjadi orientasi hasil,” ujar Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) ESDM Prahoro Nurtjahyo membuka Forum Peningkatan Kapabilitas ASN KESDM bertemakan Pengembangan Profesionalitas ASN KESDM di Era New Normal yang dilangsungkan secara hybrid di PPSDM Geominerba, Bandung, Kamis (5/11).

Acara itu juga menghadirkan narasumber Adi Suryanto, Kepala Lembaga Administrasi Negara; Anang Basuki, CEO BNI University,; Professor Adrian Wilkinson dari Griffith University Australia serta Hiroshi Nishimoto, First Secretary Energy and Natural Resources, Embasssy of Japan, dan dipandu oleh presenter Charles Bonar Sirait.

Menurut Adi, krisis yang terjadi merupakan kesempatan untuk mengubah cara berpikir ASN untuk membuat lompatan yang jauh. Sistem saat ini memudahkan orang untuk belajar kapan saja dan dimana saja.

“Bagaimana kita mengembangkan aplikasi dan sistem, bukan memindahkan sistem pembelajaran kelas dipindahkan ke virtual. Menggunakan sistem lama yang dibuat virtual tentu tidak menyelesaikan masalah, justru ASN harus membuat sistem baru yang cocok dilakukan secara virtual dan mampu memperoleh kualitas yang maksimal,” kata dia.

Adi mengatakan pergeseran paradigma training and development ke learning and development yang dimaksud ialah proses meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dan mengembangkan sikap atau keyakinan, sehingga memiliki kemampuan untuk membuat pilihan/keputusan.

Anang Basuki, mengungkapkan bahwa di era saat ini pembelajaran dilakukan melalui Learning Paradigma Center yang berfokus pada kecepatan, kepentingan dan kebutuhan pegawai yang mengikuti diklat. Bukan lagi berfokus pada organisasi yang menyelenggarakan diklat.

“Setiap pegawai adalah pelajar dan setiap pegawai adalah pengajar. Pembelajaran bisa dilakukan dimana saja,” kata Anang.(RI)